Siang itu panas sekali, tapi Parto tetap saja mengajaku keluar pesantren. kemana lagi kalau tidak ke sungai Setail yang dekat dengan pesantren terbesar kedua di Banyuwangi tersebut. dibawah rerimbunan bambu si parto mulai membuka buntalan sarungnya, mengeluarkan tembakau, kertas, dan cengkeh yang dibelinya ditoko dibelakang pesantren.
ssuuuuuppppppp,....Parto menghisap dalam-dalam rokok lintingan yang dibuatnya sendiri.
lho To! 'kan di pesantren ga boleh merokok, kamu bisa dihukum lho,' kataku sedikit menggurui.
halah kang!! ga pa-pa dihukum asalkan perasaanku puas. malahan aku senang kalau dihukum karena akan ada kesibukan,' jawabnya dengan acuh. 'kang' adalah sebutan untuk santri putra dan biasanya digunakan untuk memanggil santri yang umurnya lebih tua atau mondoknya lebih lama. aku telah nyantri selama 5 tahun sedangkan Parto baru datang dua tahun setelahku.
iya kalau dihukum membersihkan kamar mandi atau membaca al quran, kalau digundul kepalamu sambil disuruh berdiri seharian didepan masjid gimana? kataku sambil duduk disamping Parto yang kelihatan punya masalah berat.
"ga patheken kang!!" (bahasa indonesia:ga peduli mas...!!) digundul, disuruh bersihkan WC sampai hukuman yang paling beratpun aku terima....asal tidak dikeluarkan dari pesantren!
lho, kamu ini aneh! hukuman itu kan haknya keamanan pesantren, bisa juga kamu dikeluarkan. sambungku menyahut ketakutan Parto.
kalau dikeluarkan aku ga bisa, karena beban orang tua dan masyarakat didesaku yang telanjur mengharapkan aku untuk menjadi kyai di desaku. aku akan membantah keamanan, kalau bisa aku menghadap Kyai Luqoni!! jawab Parto diplomatis sambil terus menghisap rokoknya.
Kyai Luqoni Mannan, pemilik pesantren tersebut memang terkenal sebagai seorang kyai salaf yang sangat hobi rokok lintingan. makanya suaranya sangat serak dan kesehatannya tidak baik meskipun beliau masih muda.
kamu ini aneh, masak santri mau menyamakan dirinya dengan kyai..apa bisa? kan kyai yang punya pesantren To!!
apa bedanya? kata Parto
"kita sama-sama manusia, bedanya Kyia Luqoni bisa ngaji duluan."
aku yakin beliau juga merokok kalau ada masalah, meskipun permasalahanku berbeda dengan Kyai Luqoni!
alasannya, karena tidak ada santri yang berani memberi nasihat...! kata Parto dengan suara agak tinggi.
lha, emang permasalahanmu itu apa??? aku sedikit memancingnya
wah, kamu ga ngerti kang....aku aja bingung kok!!
emang apa sih? tanyaku keheranan.
Kang Sidiq tahu kan Laila? tanya si Parto
Laila tetanggamu yang nyantri di pesantren putri? aku berusaha meyakinkan.
iya, jawabnya singkat.
emang kenapa dengan Laila?
gini lho kang, aku kan sudah lama kenal Laila. sejak SD kita teman satu kelas, anaknya pinter dan sikapnya sangat ramah. padahal dia anak orang tidak mampu. aku sering dimarahi bapak dan disuruh belajar seperti Laila. aku kalah segalanya dari dia. bahkan ketika SMP dia masuk peringkat 5 besar, sedangkan aku tidak masuk perhitungan sama sekali....lulus aja alhamdulilah.
lha trus sekarang masalahnya apa? aku jadi penasaran ingin tahu lebih lanjut.
Parto diam sejenak..matanya menerawang ke sungai dan dihisapnya rokok ditangannya dengan sangat dalam.
aku suka sama dia kang!!! sambil melihat kearahku dengan wajah memelas.
wah jangan To! ingat pesan Imam Ghazali bahwa kita tidak boleh kenal apalagi jatuh cinta sama perempuan ketika masih belajar. bisa mengganggu belajar kita lho. selain itu, peraturan pesantren juga melarang kita pacaran...! aku berusaha meyakinkan Parto bahwa kali ini dia salah.
peraturan pesantren dan perkataan Al Ghazali kan buatan manusia! ga bisa mengalahkan kodrati manusia yang telah diciptakan oleh tuhan untuk kita. Parto menjawab dengan diplomatis.
ya,.. kalo gitu katakan aja ke Laila kalo kamu suka.
ga bisa kang,..aku ga bisa!! jawab parto
lha...kamu ini gimana sih. katanya suka dan ga peduli peraturan, tapi kok ga bisa?!!
"aku ga berani kang....jangankan mengatakan suka, wong ketemu aja aku langsung terdiam tak bisa berkata apapun."
kalau gitu minta aja Kyai Luqoni untuk ngomong langsung..ha ha ha. aku ketawa sambil menepuk punggungnya Parto.
tapi guyonan ini memang sering dilakukan oleh kyai. biasanya santri putra yang sudah benar-benar senior akan meminta kyai untuk mencarikan jodoh. nanti sang kyai berperan sebagai wakil dari keluarga santri dan seringkali santri perempuan bersama keluarganya tak mampu menolak. selain karena wibawa kyai, beberapa santri perempuan memang bertujuan mencari jodoh ketika lulus dari pesantren. ada juga santri yang sudah dinikahkan oleh kyai ketika masih di kelas tiga atau setelah santri tersebut nyantri di pesantren selama tiga tahun.
jadi, kalau ada santri perempuan yang tidak menerima pinangan sang kyai, ada dua hal yang mungkin mempengaruhinya.
pertama, karena kurangnya wibawa kyai atau karena memang dia tidak bermaksud mencari jodoh.
bersambung,
lancaster, 30 July 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar