Sabtu, 27 November 2010

Membumikan Agama

tidak memaknai agama sebagai sebuah entitas yang suci dan bebabs kritik menjadikan manusia tidak terkooptasi oleh dogma agama yang seringkali ditafsirkan 'secara berbeda' oleh penganutnya. sikap dan perilaku seseorang akan terbatasi oleh teks-teks agama ketika itu tidak dipahami secara kontekstual. sebuah kewajaran karena teks-teks agama tersebut diciptakan atau diturunkan oleh tuhan sebagai wahyu tidak bisa lepas dari konteks sosial masyarakat ketika itu. oleh sebab itu, ada beberapa penganut agama yang terkesan kaku dan cenderung membatasi dirinya dalam pergaulan antar sesama manusia. sangat disayangkan jika kemudian agama diaplikasikan secara sempit di kehidupan seseorang yang mengakibatkan dirinya terkucil dari komunitas. toh, dia tetap saja yakin bahwa apa yang dilakukannya itu benar secara agama dan apalagi kalau bukan 'keyakinan menjadi ahli surga.' sebuah penyakit akut yang banyak melanda penganut abrahamic religion termasuk islam.

parto, santri dekhil yang jarang mengaji ketika nyantri di pesantren mengatakan kepada saya bahwa dia sangat alergi dengan orang-orang seperti ini. menurutnya, melaksanakan perintah tuhan tidak harus dipahami hanya dengan ibadah ubudiyah dengan sering shalat malam, puasa sunnah, dan membaca al quran tetapi lebih pada perilaku terhadap orang lain. bagaimana menghargai dan menolong orang lain merupakan kewajiban bagi semua orang, tidak saja bagi pemeluk agama.

berhati-hati terhadap makanan juga bukan berarti tidak makan daging babi atau minum-minuman keras melainkan harus dipahami dalam konteks yang lebih luas. contohnya tidak membeli pakaian yang dicurigai dibuat atas dasar perbudakan. berdasarkan investigasi, sebagian besar karpet buatan India dicurigai dihasilkan dari perbudakan meskipun di karpet tersebut telah ditulisi 'fair trade' yang menunjukan kalau produk tersebut telah memenuhi standar internasional yang bebas dari perbudakan dan monopoli perdagangan. selain itu, juga tidak makan cokelat hasil perbudakan. padahal, di film dokumenter berjudul 'global investigation on slavery' menyimpulkan bahwa 2/5 dari cokelat dunia dihasilkan oleh budak belian. mereka harus bekerja tanpa mendapatkan bayaran sepeser pun di sekitar 90 % perkebunan kakau di Pantai Gading sebagai negara pengekspor terbesar kakau ke eropa dan amerika.

perusahaan merek-merek pakaian terkenal seperti mark & spencer juga menyisihkan laba perusahaan untuk mendukung agresi militer israel di palestina. dalam perekonomian modern dimana laba perusahaan dihitung berdasarkan akumulasi dari semua hasil penjualan, sangat memungkinkan bahwa uang kita setara dengan 'misalnya' satu peluru dan kita tidak tahu apakah peluru tsb telah memangsa anak-anak tanpa dosa di palestina.

tidak membeli barang di Tesco yang katanya lebih murah dari toko lain juga bisa dimaknai bahwa ini bentuk solidaritas terhadap sesama manusia karena sebagian dari laba Tesco juga digunakan untuk mendukung pendudukan israel atas palestina. bahkan para aktifis anti perang yang mendukung palestina justru kebanyakan berasal dari non Islam. di universitas lancaster tempat saya belajar sering kali diadakan kajian tentang agresi militer Israel di Palestina. toh yang menghadiri kebanyakan justru berasal dari bule-bule yang beranting, bertato atau bahkan atheis. lalu dimana 'orang-orang suci' selama ini? orang-orang yang mengaku dan sangat mempercayai sebagai ahli surga? padahal saya yakin bahwa semua ajaran agama melarang kekerasan dlm bentuk apapun dan harus membantu orang yang kesusahan.....aahhh, kalau sampai orang-orang suci ini masuk surga dan orang-orang bertato yang tak beragama tersebut masuk nerak, alangkah tidak adilnya Tuhan.

tidak membeli barang-barang diatas bisa digolongkan dalam bentuk 'kesalihan sosial.' selain itu, perbuatan ini bisa dikategorikan sebagai bentuk kehati-hatian manusia atas barang haram karena tidak ada bedanya antara makan daging babi dengan membantu perbudakan atau mendukung agresi militer. bahkan mungkin mendukung perbudakan dengan membeli cokelat dan membeli produk M & S jauh lebih keji daripada hanya memakan daging babi. sebuah kenyataan bahwa perang tidak hanya mengakibatkan orang kehilangan nyawa tetapi juga bisa mengakibatkan 'collateral damage' berupa terbunuhnya orang lain, rusaknya rumah, amputasi bagian tubuh, tidak bisa mengenyam pendidikan, miskin secara ekonomi dan tertekan secara psikologi. sehingga bisa disimpulkan bahwa ketidak hati-hatian dalam masalah ini bisa mengakibatkan pelanggaran secara tersistematis dan ini merukan dosa besar yang selama ini dilupakan oleh orang-orang suci tersebut..

bersambung,

delionine, 9/08/08

Tidak ada komentar:

Posting Komentar