Sabtu, 27 November 2010

Parto Pun Tergadaikan

Hai To, songko ngendi wae koen iku? tanyaku dengan logat jawa timuran untuk menunjukan bahwa aku putra asli jawa timur bagian timur, Banyuwangi. dalam bahasa indonesia arti dari pertanyaan itu adalah, Hai Parto, dari mana aja kamu?

aku dari money changer Nus, mo nuker duit tapi ga jadi. jawab Parto sambil mukanya 'mbesengut' (cemberut).
lha kenapa wajahmu kamu lipat? tanyaku lagi
nilai poundsterling jatuh Nus, jadi aku rugi kalau dituker sekarang. mending nunggu kalau nilai tukar jatuh rupiah dan pounds tinggi...biar aku dapat untung.... jawab si Parto
.
Koen iku mung nang Inggris setaun tapi prilakumu wes koyok kapitalis To... ga sumbut karo omongmu? aku mengatai Parto sambil mengacungkan jariku ke keningnya.

Katanya kamu orang yang sealiran dengan Kwik Kian Gie ketika dia menolak Kapitalisme pasar.....
Kamu orang pertama yang mendukung petani mendapatkan benih gratis dari pemerintah, sama halnya dengan Faisal Basri.
Kamu melawan juga yang mendukung fokus pertumbuhan ekonomi berbasis mikro ketika resesi melanda Indonesia tahun 1997,
Kamu juga mendesakku untuk meraih beasiswa LN dan kemudian cepat kembali ke Indonesia untuk membenahi carut marut perekonomian nasional,
Ingat ga waktu di Jember dulu kamu yang paling gethol melawan pendirian Mall di tengah kota Tape tersebut dengan alasan investasi berkapitalisasi besar itu akan mematikan pedagang di pasar tradisional?
Ternyata kamu itu banci dan brengsek To, sama brengseknya dengan anggota DPR yang mengkorupsi duit rakyat. Bahkan kamu lebih brengsek dari Ali Amin Nasution karena dia korupsi tapi setidaknya sudah melakukan beberap hal yang positif di Indonesia, sedangkan kamu.... opo sing pok andalke le...??!! aku bertanya sambil berkacak pinggang.

Sori Nus, bukannya aku berusaha mengambil untung dengan berharap rupiah jatuh, tapi apa dayaku yang terhimpit oleh keadaan. aku punya tanggungan yang banyak di keluarga besarku, aku harus melunasi hutang kakakqu, ibuku masih terbaring sakit, adikqu butuh kuliah, adikqu yang baru menikah belum mapan, pamanku baru saja meminjam uang, sedangkan dua budhe ku sudah antri untuk mendapatkan percikan dana pinjaman super lunak alias tidak bayar bunga dengan batas waktu pengembalian yang tidak ditentukan....maklum mereka kan orang desa dimana manajemen selalu bersifat gotong royong.
Ini membuatku pusing Nus.......mending aku berideologi pragmatis dulu. Parto berusaha diplomatis.

ah bulsyit, kalau begitu berarti idealisme telah tergadai oleh dua hal.
Pertama,
Iming-iming Poundsterling yang nilainya tinggi karena dulu waktu ditentukannya nilai tukar mata uang internasional didasarkan pada banyaknya cadangan emas suatu negara. pantas lah Inggris punya banyak emas karena dia menjarah emas negara lain selama bertahun-tahun. Sedangkan kita, jangankan cadangan emas, bawah merah dan cabe keriting aja dijarah oleh Kompeni.
kedua,
ketakutanmu muncul karena perlakuan kapitalisme selama kamu di Inggris yang menyediakan semua kebutuhanmu. kamu dianak emaskan disana tetapi ketika kamu pulang, kamu lupa dengan keadaan sebenarnya di Indonesia. disini semua sendi kehidupan ibaratnya dalah kartu-kartu didalam permainan domino. kalau kita bernasib baik, maka kita akan mendapatkan kartu yang baik, kalau sedang bernasib sial kita akan mendapatkan kartu yang jelek. kamu harus ingat bahwa sekarang kita bisa makan tapi tidak untuk esok hari.....disini orang-orang yang masih hidup adalah mereka yang masih mempunyai jiwa besar. jangan harap kamu bisa hidup di indonesia kalau kamu penakut.

ingat, rontoknya nilai tukar rupiah ya disebabkan oleh orang-orang seperti kamu ini. aku yakin ada ribuan orang-orang penakut seperti kamu ini.
kamu harus ingat bahwa mental dan perilaku orang-orang Indonesia sekarang sangat penakut dan oportunis. maunya enak sendiri sedangkan di luar sana ada jutaan orang yang kelaparan. kamu sebagai cendekiawan telah gagal melakukan perubahan..... kataku menggebu-gebu.

kamu harus ingat betapa semangat juang pemuda dan orang-orang Indonesia pada waktu penjajahan dulu. bisa dibayangkan bagaimana sumpah pemuda bisa lahir ditengah-tengah penjajahan yang menelan banyak korban jiwa......apa itu tidak cukup menakutkN?? tanyaku kepada Parto yang tertunduk lesu.

Perlawanan 10 November di Surabaya yang menewaskan dua perwira Inggris selama 30 hari tidak kamu lihat sebagai peristiwa yang menakutkan. padahal pada waktu itu pejuang dan rakyat Indonesia dibom dari laut dan udara sehinnga menewaskan lebih dari 16.000 orang hanya dalam waktu 30 hari? bahkan Inggris pun terang-terangan mengatakan bahwa Perang di Kota terbesar kedua di Indonesia itu sebagai perang yang mematikan karena Inggris yang tidak pernah kalah di Perang Dunia I dan II dipaksa mundur dan kehilangan dua jenderal.

Alibi ketakutan seperti yang kamu utarakan itu bulsyit To...... itu hanyalah watak-watak kapitalisme dan orang oportunis yang tidak mau rugi. bisa dibayangkan jika ada 1000 orang seperti kamu yang masing-masing memegang 5000 Pounds atau 10.000 Dolar dan memainkan valas tiap hari......nilai tukar rupiah tidak akan pernah tinggi.

(bersambung....)

jogjakarta,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar