Sabtu, 27 November 2010

Sudrun dan Sufisme

Satu hari, Sudrun, seorang murid sufi bertanya pada gurunya, Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya?

Gurunya menjawab, Ada ladang jagung yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja jagung yang kamu anggap paling besar....artinya, saat itulah kamu menemukan cinta.

Sudrun pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.

Gurunya bertanya, Mengapa kamu tidak membawa satupun jagung?

Sudrun pun menjawab, Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik). Sebenarnya aku telah menemukan yang paling besar, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih besar lagi di depan sana, jadi tak kuambil jagung tersebut. Saat ku melanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwa jagung-jaung yang kutemukan kemudian tak sebesar jagung yang telah kulewati tadi, jadi pada akhirnya tak ku ambil sebatang pun

Gurunya kemudian menjawab, Jadi ya itulah cinta

Di hari yang lain, Sudrun bertanya lagi pada gurunya, Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?

Gurunya pun menjawab, Ada hutan yang subur didepan saja. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan

Sudrun pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/ subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.

Gurunya bertanya, Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?

Sudrun pun menjawab, Sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah seluruh ladang, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi di kesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah pendek, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya.

Gurunya pun kemudian menjawab, Dan ya itulah perkawinan.

catatan kecil:

Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih.

Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan¦tiada sesuatu pun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.

Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia-sialah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu. Karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.

disarikan dari emilia sulam pita,

De Lionine,
one day to Birthday, 27 July 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar