Tidak salah kiranya jika Sayid Kutb mengatakan bahwa budaya barat adalah sebuah nihilisme karena tujuan hidup masyarakatnya hanya mementingkan kekayaan materi. hampir tidak bisa ditemui oleh Kutb sebuah nilai yang mencerminkan kekayaan spiritual di dunia barat. pendapat tersebut bisa dibenarkan karena dia yang berangkat dari Mesir untuk studi di Amerika seperti orang yang terjun bebas dari puncak gunung ke dasar lautan dimana dua tempat tersebut mempunyai 'content of culture' yang berbeda. perbedaan ini kemudian oleh Donald Black disebut sebagai 'the cultural distance' dimana budaya timur tengah menitik beratkan pada kekayaan spiritual sedangkan budaya barat cenderung menghilangkannya.
masing-masing menurut saya mempunyai kekuatan dan kelemahan. di tulisan kali ini saya hanya akan membahas kelemahan dari nihilisme barat sepanjang yang saya ketahui dari hasil pengamatan saya ketika berinteraksi dengan dunia tersebut selama di UK. saya sengaja mengulas dalam bentuk semi novel dimana tulisan akan dipaparkan dengan baik dengan percakapan dan ulasan secara teoritis.
saya biasanya joging minimal 1 kali dalam seminggu, mengelilingi kampus dan berakhir di taman williampson park di belakang kampus tersebut. ketika pulang, saya selalu jalan kaki dari taman ke flat yang jaraknya sekitar 400m untuk meredakan otot kaki. seringkali di tengah perjalanan pulang itu saya berpapasan dengan orang-orang yang membawa anjing mereka untuk berjalan-jalan. tidak akan ada percakapan atau tatapan mata antara saya saya dengan orang-orang tersebut ketika saya bersikap cuek. tetapi akan ada percakapan yang sangat panjang dan ramah ketika kita mulai melirik anjing atau hanya sekedar mengatakan
'your dog is so cute!'
suatu hari, saya bermaksud untuk belanja di 'spar' sebuah toko kecil dekat kampus yang mirip dengan 'indomaret' atau 'alfamart' di indonesia. di tengah perjalanan saya melihat kucing yang sedang berjemur di depan rumah dan saya berhenti untuk memanggilnya;
'pussy.... pussy...'
sejenak kemudian seorang laki-laki tua muncul dari dalam rumah dan dengan antusiasnya memperkenalkan 'maggy,' nama kucing tersebut kepada saya. percakapan tidak berhenti sampai disitu karena si kakek yang mungkin tinggal sendiri tersebut juga mengisahkan ketika si kucing mengunci nya di luar rumah semalam suntuk. dia sangat bangga ketika dibuat kedinginan oleh si kucing.
kemudian saya bertanya,
bolehkan saya memegang maggy?
'oo..tentu saja boleh.' dia menjawab sambil memancing maggy dengan cara menyebut namanya dan melambaikan tangan agar maggy mendekat kepadanya. tetapi si maggy masih bermalas-malasan karena sedang berjemur.
karena tidak berhasil memegang maggy, saya memutuskan untuk pergi dan 'say thank you' kepada sang kakek.
ucapan seperti 'thank you' dan 'excuse me' merupakan bahasa resmi di dunia barat untuk menunjukan bhw kita adalah orang bukanlah orang yang kasar.
tetapi si kakek tetap saja bercerita tentang si 'maggy' sampai saya harus berhenti di luar pagar untuk mendengar ceritanya yang sgt antusias tersebut.
didalam perjalan saya berfikir, kenapa maggy sgt penting buat si kakek? apa bedanya maggy dg si 'kuncung,' kucing lucu di rumah saya? toh saya tidak pernah bercerita kepada orang lain tentang lompatan-lompatan si kuncung ketika dia dikasih makan. bahkan saya takut nanti dia dicuri oleh orang tersebut.
pertanyaan yg lebih dalam lagi..apakah ini imbas dari budaya nihilisme barat yang menghilangkan budaya kekeluargaan karena tetangga kakek tersebut cuek terhadapnya sehingga dia 'dipaksa oleh keadaan' untuk berteman dengan seekor kucing? teman, dalam bahasa lain adalah manusia dan dengannya dia akan bisa bertemu dengan manusia-manusia sungguhan. sehingga si kakek sangat senang ketika mendengar suara 'pussy..pussy' saya ke si maggy karena dia tahu bahwa momen inilah yang sebenarnya dia harapkan. bisa juga diartikan bahwa panggilan tersebut sama saja dengan panggilan ke dia.
bentuk lain dari teman bagi orang barat adalah dunia maya atau internet. meskipun tidak nyata karena interaksi antar pengguna hanya dihubungkan oleh komputer (YM, MSN, dll) dan telepon (skype, Voip, dll) keberadaan dunia yang dihubungkan oleh satelit tersebut sangat penting bagi orang-orang yang kesepian dan stress. terutama sebuah website bermana youtube dimana peng-aksesnya bisa meng-upload foto dan video mereka tanpa batas. web ini menyediakan kolom pesan dan tanggapan buat pengakses sehingga dari sinilah percakapan dari si peng-upload video dengan yang meng-aksesnya.
yang namanya pesan dan tanggapan pasti beragam dari mulai sumpah serapah ala barat seperti WTF, kesan menyanjung seperti 'its adhorable, its very cute dan its interesting' sampai pada 'can you share the other vid?'
meskipun komentar ini hanya didunia maya, tp bisa juga diartikan sebagai sebuah percakapan yang nyata oleh orang-orang tertentu khususnya orang yang sedang depresi berat. dan saya mengasumsikan inilah teman-teman maya orang-orang barat yang kena imbas dari budaya nihilisme tersebut.
satu peng-upload yang tlah berhasil untuk mendapatkan simpati peng-akses youtube adalah marie digby, seorang penyanyi pop USA berparas cantik berdarah jepang. konon Marie ingin rekaman lagu tp dengan pihak produser tdk pernah diberi kesempatan. akhirnya ditengah keputus asaannya tsb, dia berinisiatif untuk merekam lagu2nya dan menyanyikan beberapa lagu terkenal seperti umbrella, what i have done, dll untuk kemudian di upload ke youtube. dan benar saja, setelah beberapa bulang,
lagu umbrella Marie yang aslinya dinyanyikan oleh Rihana telah diakses tidak kurang dari 7juta pencinta youtube. dari sini kemudian karier Marie berkembang. pertama dia diundang oleh salah satu stasiun TV dan beberapa bulan kemudian album perdananya berhasil di luncurkan. tdk sampai disitu, ternyata dari beberapa org yg mengakses videonya di youtube telah memesan jauh2 hari sebelum album tersebut keluar.
di dunia barat yang mementingkan kekayaan materi dan kerja, orang-orang tidak punya cara lain kecuali berteman dengan kucing, anjing, youtube, dan media-media lain karena manusia terlalu sibuk dengan pekerjaan, selalu dihinggapi ketakutan tidak bisa makan, sampai pada depresi karena merasa tersisih oleh komunalistas.
dan saat ini, saya mulai merasa memerlukan media-media tersebut untuk mencari teman. tetapi saya kan bukan orang barat, tidak suka budaya barat, apalagi makananya yang kalah gurih dengan rendang dan pecel madiun. dus, apakah saya telah kehilangan kepercayaan diri atau ini hanya bagian awal untuk mencari jati diri?
saya tidak pernah tahu apakah nantinya saya akan seperti sayid kutb atau kakek tua dengan si maggy nya. wallahu alam bi sawab
De Lionine,
lancaster 25 july 2008
benar-benar mengingatkan akan artinya kekeluargaan sebagai nilai-nilai yang penting yang akhir2 ini mulai tergeser dengan budaya individual bangsa barat. namun bukan berarti bahwa pet dan net sebagai hal menyedihkan yang hanya akan membuat rasa kehilangan akan nilai kekeluargaan dan kebersamaan dalam suatu komunitas maupun masyarakat namun sebagai obat dari permasalahan yang dialami oleh sebagian besar kalangan barat tertentu khususnya personal karena sulitnya masuk dalam suatu komunitas kebanyakan berakhir di pet maupun dunia maya.
BalasHapus