Sabtu, 27 November 2010

Dendam Parto Terbalaskan

kakaknya Parto yang bernama Romelah mengatakan kalau Parto akan diajak bapaknya jalan-jalan ke Grajagan, sebuah pantai wisata di pesisir selatan Banyuwangi. pada saat itu Parto masih di sungai, mencari ikan bersama teman-temannya.

Parto kecil tidak saja pandai berenang tetapi juga dikenal oleh orang kampung sebagai anak sungai karena sehari-hari terus disungai. ada saja yang dilakukan seperti mandi, bermain 'jumpritan' mencari ikan, dan mencuci baju. bermain jumpritan adalah favoritnya Parto. permainan ini biasanya diikuti oleh beberapa orang. caranya, yang kalah hum pim sut pertama kali harus memegang kepala teman-temannya. nah, teman-temannya ini harus menyelam dan sembunyi didalam air sesembari muncul di permukaan agar tidak kena kepalanya.

ayo cepetan, nanti aku tinggal.......!!! sambung kakaknya dari pinggiran sungai.

memang pada waktu itu Grajagan menjadi satu-satunya pantai di selatan yang dikelola oleh pemerintah kabupaten dengan baik. setiap minggu selalu dipenuhi oleh pengunjung. nah, bapaknya Parto yang pada waktu itu masih menjadi juragan beras selalu mengajak Parto menghabiskan 'weekend' disana bersama kakak dan adiknya.

ahh....bohong, paling-paling aku mau disuntik!! kata Parto. memang pada waktu kecil Parto sangat takut disuntik. bahkan ketika ada imunisasi cacar dia juga bolos pulang.

ya udah kalau gitu, aku berangkat sendiri dengan bapak....kata kakaknya sambil ngeloyor pergi meninggalkan Parto yang masih asyik mencari ikan menggunakan nampan besar terbuat dari anyaman bambu.
tapi lama-lama Parto juga ingin tahu, masak iya sih bapak dan kakaknya akan ke Grajagan. padahal itu kan tempat favoritku....bisik Parto dalam hati.
akhirnya Parto pun bergegas menyusul kakaknya yang sudah hampir sampai rumah. Parto berlari-lari kecil sambil membawa nampan dan menyerempangkan bajunya di pundak.

Memang pada waktu kecil Parto tidak pernah memakai baju, cuma disarungkan atau diserempangkan dipundak. makanya kulitnya hitam dan rambutnya merah karena selalu mandi di sungai tiap hari. Parto bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam mandi di sungai bersama teman-temannya.itu juga yang membuat Parto lupa makan dan memperhatikan kesehatannya yang akhirnya menyebabkan Parto terancam penyakit Liver.

ketika Parto akan sampai di rumah, seketika itu ada dua orang yang menyergapnya. mereka adalah paman dan tetangganya Parto yang dipesan khusus oleh bapaknya Parto untuk membantu menangkap Parto.

Parto meronta...tapi tidak berdaya karena dua orang kekar tersebut langsung menangkap tangan dan kakinya. Parto dibawa kedalam rumah seperti seorang tahanan perang.
sesampainya dirumah, Parto diletakan di meja besar yang sudah disiapkan untuk Parto. dokter juga sudah didatangkan untuk menyuntik Parto. tetapi permasalahannya Parto sangat benci dan takut sama jarum suntik. makanya dia tidak pernah ke dokter kalau sakit. cuma tidur dirumah saja.

jancuuuuukkk, matamuuuuuu, asuuuuuuuu...........tiga kata itu terus diucapkan berkali-kali oleh Parto sambil terus meronta. padahal tiga kata itu adalah kata paling seronok, jorok dan tidak pantas diucapkan dimuka umum. Jancuk adalah kata yang sering diucapkan oleh orang-orang jawa timur ketika mereka marah. Matamu kalau diucapkan dengan intonasi tertentu akan bermakna jelek karena mengandung unsur penghinaan terhadap seseorang yang diajak bicara. sedangkan asu jelas merupakan konotasi dari anjing sebagai binatang yang menjijikan bagi umat Islam.
sesekali Parto meludahi dua orang kekar tersebut sambil terur meronta dan menangis. kakinya dijejakan sedangkan tangannya terus berusaha diputar-putar dengan maksud agar genggaman dua orang tadi lepas.

Sutip Asuuuuu, Kowe Asu Tiiipppp...Raimu Yaaaaannn.....jancuuuuuuuuk!!!!! kata Parto berulang-ulang. Sutip adalah tetangga Parto sedangkan Supiyan adalah paman Parto.

merasa kewalahan, akhirnya bapaknya Parto turun tangan. dia membungkam mulutnya Parto, menyumpal dengan kain dengan maksud agar tidak keluar kata-kata Parto yang kotor. kemudian ibunya juga menampar mulutnya Parto sambil berkata kalau kata-kata itu tidak boleh diucapkan.
bukannya Parto diam atau takut tapi bapaknya justru diludahi sambil terus mengumpat. bahkan kali ini kata-kata yang keluar semakin tidak karuan.....semakin saru dan tidak pantas didengar oleh orang lain karena sudah menyentuh bagian tubuh manusia.
jelas kata-kata itu membuat orang tuanya Parto malu kepada semua orang yang ada disitu.

dokter yang dari tadi sudah menunggu diruang tamu belum bisa berbuat banyak. rupanya dia menunggu arahan dari bapaknya Parto yang masih sibuk menyumpal mulutnya Parto. rupanya dia juga tidak tega melihat Parto yang diperlakukan seperti tahanan yang ketangkap sipir penjara karena gagal melarikan diri.

gimana pak, jadi disuntik? kata dokter.

Parto yang mendengar kata 'suntik' dari dokter tersebut kontan juga melihat ke dokter dan berusaha meludahi si dokter dan mengata-ngatai dokter tersebut. mungkin yang ada di benak Parto pada waktu itu adalah dokter tersebut adalaha orang yang paling bertanggung jawab atas semua ini. dialah biang keroknya sehingga dia harus diperlakukan seperti tahanan perang.

tanpa pikir panjang Parto mengatai dokter dengan kata-kata jorok.

Jancuk koen Sur, matamu, asu, raimu bangsaaaaatttttttttt@!!!!!!! kata Parto sambil meronta ingin menendang si dokter yang bernama Suryanto. dia adalah dokter kenalan bapaknya Parto dan sering bertugas ke kampung-kampung.

ya udah pak di suntik sekarang aja..! kata bapaknya Parto sambil memberi kode untuk membalikan badannya Parto biar bisa tengkurap. untuk urusan ini jelas dua orang saja tidak cukup, dibutuhkan empat orang untuk membalikan badannya Parto. jadinya paman, tetangga, bapak dan ibunya Parto bersama-sama membalikan badan Parto yang semakin lemas karena terlalu banyak keluar energi.

setelah tengkurap, si Dokter mendekat sambil memegang jarum suntik yang sudah diisi obat ditangan kanannya. si Parto tidak kalah akal, dia menengadahkan dan menengok ke kanan kiri untuk meludahi si dokter yang sudah membubuhkan obat bius di pantatnya. disisa-sisa tenaganya yang sudah mulai habis, si Parto masih berusaha meludahi sang dokter meskipun tidak kena sambil terus mengumpat.

jjuuussssssssssssss, akhirnya jarum suntik yang menjadi musuh bebuyutan Parto itu berhasil menembus daging pantatnya. pada saat jarum suntik menembus pantatnya, Parto tidak saja seperti kalah bermain perang-perangan tetapi juga seperti kalah bermain kelereng sampai tidak punya sebutir kelereng pun disakunya. malu, marah, dan semua jenis amarah bercampur jadi satu. tak rela rasanya dia harus kalah seperti ini, sangan menyakitkan dan bahkan jauh lebih sakit rasanya daripada jarum suntik yang hanya beberapa detik menembus pantatnya.

akhirnya dia hanya bisa menangis diatas meja, semua orang langsung keluar rumah, si dokter yang dari tadi sudah merasa malu karena terus dikata-katai dan diludahi Parto juga langsung cabut dari rumah. bapak dan ibunya Parto tidak henti-hentinya minta maaf atas semua yang telah dilakukan oleh anak laki-laki satunya tersebut.

drama penyanderaan selama sekitar 10 menit itu berakhir dengan kekalahan Parto yang lemas menangis diatas meja. tetapi didalam hatinya dia sedikit bisa membusungkan dada karena bisa mengeluarkan semua ekspresinya kepada semua orang yang telah berlaku curang kepadanya.
ga apa-apa aku kalah kali ini, menangis pun bukan berarti cengeng. dokter itu yang penakut karena dia ga berani 'duel satu lawan satu' dengan ku....!!! kata Parto didalam hati.
jika aku bertemu dia, pasti aku akan mengajaknya duel........mungkin itu yang dipikirkan Parto saat itu.

bersambung.........(Dendam si Parto ke Dokter akhirnya terbalaskan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar