Sabtu, 31 Desember 2011

Islam, Judi dan Kebersamaan

Parto kecil bukan hanya sebagai anak kampung namun juga anak dekil yang lugu. Namun begitu orang kampung mengenalnya sebagai anak cerdas karena beberapa kali menjadi rangking pertama di sekolahnya, Madrasah Ibtidaiyah, sebuah sekolah agama yang kental dengan ajaran Islam NU. Keberadaan sekolah tersebut seakan menjadi ikon resmi bahwa masyarakatnya Parto adalah kaum nahdliyin. Jika ada sekolah yang mengklaim sebagai sekolah yang tidak NU, maka tidak akan laku. Bahkan sekolah negeri seperti Sekolah Dasar Negeri maupun sekolah lanjutan negeri acap kali disebut sebagai sekolah kurang Islami. Siapa saja yang sekolah disana akan dikucilkan dari masyarakat dan mendapat sebutan Islam palsu.

Memang stigma negatif tersebut sangat ampuh untuk mempromosikan Madrasah Ibtidaiyah meskipun biaya sekolahnya tentu lebih mahal daripada sekolah negeri karena Madrasah tersebut adalah sekolah swasta yang tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah atau bahkan Pengurus Besar NU di Jakarta. Malahan pengurus PBNU juga tidak pernah tahu bahwa di kampung itu ada sekolah yang oleh masyarakatnya disebut sebagai sekolah Islam NU dan ada ratusan anak yang sedang sekolah disitu dan sudah ada ribuan yang lulus dan tersebar di Indonesia.

Parto kecil juga tidak tahu bahwa itu adalah sekolah Islam NU. Yang dia tahu cuma satu...sekolah dengan membawa buku, mencatat, menghafal dan kemudian pulang. Seperti biasa dalam kehidupan masyarakat pedesaan, Parto selalu pergi ke Mushala selepas maghrib untuk belajar membaca Al Quran. Biasanya dia juga bermalam di Mushala dan kadang pulang jika dijemput kakeknya.

Selain dari waktu tersebut, ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain bersama teman-temannya. Jenis dan tempat permainannya tidak terbatas oleh musim dan tidak terbatas oleh barang permainan toko. Semua dibuat dari alam dan dikondisikan dengan musim. Jika musim kemarau maka arena permainan lebih sering di halaman rumah untuk bermain kelereng, gangsing, maupun jenis permainan rakyat lainnya.

Jika musim hujan, area permainan akan dipindah ke sungai dan sawah. jenis permainan di musim hujan biasanya agak sedikit menjijikan. misalnya berenang di sungai bersama kerbau atau bermain gajuk, yakni permainan melempar tongkat kedalam lumpur dan yang kalah adalah mereka yang tongkatnya menempel ditanah/lumpur. Hanya ada satu pemain yang kalah. Jadi untuk hukuman biasanya tongkat para pemain yang menang akan dilumuri lumpur yang dicampur dengan kotoran kerbau untuk ditempelkan ke kaki pemain yang kalah.

Ada lagi permainan wok-wokan, yakni permainan yang menggunakan kelereng sebagai media permainan. Selain itu juga dibutuhkan sebuah lubang yang digunakan untuk memasukan kelereng tersebut. Permainan ini tidak menentukan pemenang tapi menentukan pemain yang kalah. Pemain yang kalah adalah yang memasukan kelereng paling akhir ke lubang yang telah ditentukan. Ini seperti permainan golf namun bedanya tidak menggunakan tongkat pemukul melainkan menggunakan jari tangan untuk menjentikan kelereng. Pemain yang kalah harus menerima hukuman, yakni tangannya diletakan ditanah dan kemudin dijatuhi kelereng dari para pemain. Biasanya jarak jatuhnya kelereng sebatas pinggang pemain.

Tidak ada dendam diantara mereka, semua dinikmati seperti kehidupan normal mereka setiap hari..bercanda dan bermain bersama dalam kehangatan. Berbeda dengan para suporter bola atau bahkan pengurus bola di negeri ini yang sering bertengkar hanya masalah perbedaan pendapat.

Ada juga permainan yang berbau judi. Salah satunya adalah Permainan Dim Diman. Permainan ini sangat sering dimainkan karena sangat disukai oleh masyarakat muda dan tua. Dim diman menggunakan sabit yang dilemparkan ke sebuah tongkat. jarak dari tempat melempar ke tongkat ditentukan oleh kesepakatan para pemain. Biasanya sekitar 10 meter. Sabit yang paling dekat ke tongkat adalah pemenangnya. Sebagai taruhan, para pemain menggunakan rumput yang digunakan untuk memberi makan ternak. Jadi yang paling pandai melempar biasanya tidak perlu merumput terlalu lama, cukup merumput beberapa genggam rumput dan digunakan untuk bermain dan dia sudah bisa membawa sekarung rumput untuk ternaknya.

Permainan judi lainnya adalah permainan kelereng yang menggunakan taruhan. Parto adalah anak yang sangat terkenal main kelereng. Bahkan keahliannya tersebut membuatnya sangat laku karena dikontrak oleh teman-temannya untuk membantu mereka bermain kelereng. Jika menang upahnya adalah kelereng. Kelereng hasilnya bermain tersebut kemudian dijual kepada teman-temannya. Dan bisanya esok hari Parto mengajak teman-temannya tersebut untuk bermain kelereng dan pastinya mereka kalah. Kemudian beli kelereng lagi, main lagi dan kalah lagi.

Jika malam hari, permainan justru sangat beragam. Mulai dari permainan petak umpet, balapan mobil-mobilan yang ada obornya, sampai pada permainan jek-jekan, yakni permainan seni mempertahankan rumah dan serdadu dari serangan pihak lain. permainan ini membutuhkan strategi dan kebersamaan tim.

Kebersamaan itulah yang mengilhami Parto untuk menjadi manusia yang multidimensi. Kebersamaan tidak harus ditentukan oleh kesamaan ras, agama, maupun pendapat. Kebersamaan bisa dibangun berdasarkan keikhlasan untuk kalah dan menang. Kebersamaan harus tumbuh dan berkembang meskipun satu atau beberapa pihak merasa terluka dan pihak lain tertawa. Kuncinya semua harus memahami bahwa semua itu adalah sebuah tahapan kehidupan yang harus dilalui oleh semua manusia.

London, Last day of 2011

2 komentar: