Ada dua hal menarik yang layak untuk dicermati dari pidato Jokowi dalam sambutannya di Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 2015.
Pertama, pandangannya yang berani terus terang mengkritik peran lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, IMF dan Bank Dunia dalam menciptakan peradaban modern. Jokowi menganggap bahwa peradaban dunia tidak bisa hanya bertumpu pada lembaga-lembaga tersebut. Dia lalu menawarkan harus ada solusi alternatif dari lembaga-lembaga lain seperti Asia-Afrika untuk menciptakan peradaban baru yang lebih bermartabat dan berkeadilan.
Pendapat diatas berdimensi internal dan eksternal. Dimensi internal nya bisa diasumsikan bahwa Jokowi ingin memberikan pesan kepada lawan politiknya di dalam negeri bahwa dia bukanlah pendukung ekonomi neo-lib. Tuduhan seperti ini memang semakin bertambah nyaring dialamatkan ke Jokowi oleh lawan politiknya pasca implementasi kebijakan tim ekonomi Jokowi yang menaik-turunkan harga BBM berdasarkan harga pasar. Meskipun hasil dari pengurangan subsidi BBM sudah diterangkan oleh Jokowi akan digunakan untuk memberikan subsidi yang lebih tepat sasaran, namun toh tuduhan itu tidak pernah berhenti. Oleh karena itu Jokowi merasa perlu menjelaskan posisinya di sebuah forum yang lebih formal dan saat yang paling tepat adalah Konferensi Asia-Afrika.
Selain itu, Jokowi juga sangat pintar memainkan isu Palestina dimana dia dengan sangat jelas mendukung kemerdekaan Palestina dan secara implisit menyebut Israel sebagai penjajah di era modern. Isu Palestina ini menurut saya akan memantik dukungan yang sangat luas dari para pendukung PKS yang selama ini masih sering mengkritik Jokowi sebagai antek asing. Jokowi tahu betul bahwa tidak mudah meredam kritik terhadap dirinya dan oleh karena itu dia harus menyuarakan pandangan politik dan dukungannya terhadap kemerdekaan Palestina.
Dimensi Eksternalnya bisa diasumsikan bahwa program swasembada pangan dan konsep berdikari (berdiri di kaki sendiri)nya Jokowi bukan hanya slogan semata melainkan manifesto politik yang harus diperjuangkan oleh segenap bangsa Indonesia. Selama ini beberapa negara telah mengkritik Jokowi karena konsep swasembada pangannya dianggap bertentangan dengan prinsip perdagangan bebas yang berlangsung diberbagai negara. Jika Jokowi berhasil menerapkan konsep berdikarinya, bukan mustahil itu akan berpengaruh terhadap perdagangan negara lain terhadap Indonesia karena impor Indonesia tentu akan berkurang.
Jokowi ingin memberikan pesan kepada dunia bahwa pandangan politik dan ekonominya bertolak belakang dengan para pendahulunya seperti SBY dan Megawati tentunya. Jokowi adalah Jokowi dengan ide orisinilnya, dia bukan SBY yang lebih nyaman dengan slogan sejuta teman tanpa musuh. Namun Jokowi juga bukan Sukarno karena dia adalah petugas rakyat, bukan penyambung lidah rakyat seperti Sukarno.
Selain dari dua dimensi diatas, ada hal lain yang sangat menarik untuk dikaji. Jika SBY ketika berpidato terkesan begitu rapi dalam hal perkataan dan penyampaian, Jokowi tentu sebaliknya. Kelihatan tidak nyaman ketika membaca teks pidatonya. Hal ini bisa dilihat dari intonasi kata dan kalimat yang terucap. Setiap orang di Indonesia maupun delegasi Konferensi pasti lebih suka mendengarkan intonasi kalimat-kalimat yang diucapkan oleh SBY. Bahkan mungkin SBY adalah presiden kedua di Indonesia yang layak untuk diberi gelar orator ulung setelah Sukarno. Namun sekali lagi, SBY memang pandai beretorika dan berpidato namun implementasi kebijakannya tidak secepat Jokowi.
Keduanya tentu tidak bisa disamakan karena mereka seperti Jeruk dan Apel. Hanya selera yang memakannya yang bisa menentukan kualitas keduanya. Keduanya juga tentu punya prioritas. Jokowi tergolong presiden yang sangat cepat mengambil keputusan-keputusan yang dianggapnya penting terutama masalah ekonomi dan infrastruktur. Namun dia terkesan lambat dalam hal-hal lainnya seperti isu KPK dan Kapolri.
Sebaliknya, SBY menaruh perhatian lebih dalam isu ketahanan dan keamanan nasional namun dinilai lambat dalam hal ekonomi. Sekali lagi harus saya tegaskan bahwa keduanya seperti Apel dan Jeruk.......So, anda lebih suka Apel atau Jeruk??
London, 23 April 2015
Kamis, 23 April 2015
Selasa, 14 April 2015
Suara Emas Mel Shandy
Jika anda yang lahir sebelum tahun 1980an dan termasuk penggila musik...saya yakin pasti tidak akan jauh-jauh dengan lagu pop dan rock. Di dua dekade lalu rock dan pop masih menjadi ciri khas lagu Indonesia. Saya termasuk salah satu penggemar lagu rock dan salah satu idola saya adalah Nicky Astria dan Mel Shandy.
Nicky Astria masih konsisten dengan lagu-lagu rock nya di awal tahun 2000an sedangkan Mel Shandy seperti tertelan bumi. Nyaris tidak pernah terdengar lagi suara-suara khas serak rocknya di belantara musik nusantara. Tiba-tiba dia menghilang begitu saja dan tidak kembali dalam waktu yang lama. Padahal Mel Shandy pada waktu layak disejajarkan dengan Nicky Astria dan Anggun C. Sasmi.
Setelah lebih dari sepuluh tahun menghilang dari belantara permusikan Indonesia, lalu Mel Shandy kembali lagi ke permukaan namun tidak menyanyikan lagu-lagu baru melainkan lagu daur ulang. Dia tampil di publik kalau diundang oleh band-band rock yang senafas dengannya. Salah satunya Power Metal.
Dan ada yang berbeda dengan tampilan Mel Shandy kali ini. Ya, dia tampil dengan jilbab atau kalau tidak begitu ada penutup rambut di kepalanya. Semua bertanya-tanya ada apa dengan Mel Shandy? Ketika di suatu acara di TV dia ditanya oleh pembawa acara kenapa dia tampil dengan busana seperti itu, lalu Mel Shandy menjawab dengan diplomatis --- karena itu adalah pilihannya.
Sampai akhir tahun 2013, saya masih bisa menonton Mel Shandy di youtube. Dia membawakan beberapa lagu rock dan juga lagu Islami dan shalawat.
Salah satu link biography Mel Shandy bisa dilihat di tautan dibawah ini:
https://www.youtube.com/watch?v=tyqmbLg635k
Apapun yang terjadi saya tetap mengidolakan Mel Shandy, seorang gadis rock yang tidak saja punya olah fokal yang luar biasa melainkan juga pandai melafalkan Al Quran dengan sangat fasih karena dia pernah juga juara membaca Al Quran di desanya di Cikapundung Bandung.
I Love You Mel Shandy....
London
Nicky Astria masih konsisten dengan lagu-lagu rock nya di awal tahun 2000an sedangkan Mel Shandy seperti tertelan bumi. Nyaris tidak pernah terdengar lagi suara-suara khas serak rocknya di belantara musik nusantara. Tiba-tiba dia menghilang begitu saja dan tidak kembali dalam waktu yang lama. Padahal Mel Shandy pada waktu layak disejajarkan dengan Nicky Astria dan Anggun C. Sasmi.
Setelah lebih dari sepuluh tahun menghilang dari belantara permusikan Indonesia, lalu Mel Shandy kembali lagi ke permukaan namun tidak menyanyikan lagu-lagu baru melainkan lagu daur ulang. Dia tampil di publik kalau diundang oleh band-band rock yang senafas dengannya. Salah satunya Power Metal.
Dan ada yang berbeda dengan tampilan Mel Shandy kali ini. Ya, dia tampil dengan jilbab atau kalau tidak begitu ada penutup rambut di kepalanya. Semua bertanya-tanya ada apa dengan Mel Shandy? Ketika di suatu acara di TV dia ditanya oleh pembawa acara kenapa dia tampil dengan busana seperti itu, lalu Mel Shandy menjawab dengan diplomatis --- karena itu adalah pilihannya.
Sampai akhir tahun 2013, saya masih bisa menonton Mel Shandy di youtube. Dia membawakan beberapa lagu rock dan juga lagu Islami dan shalawat.
Salah satu link biography Mel Shandy bisa dilihat di tautan dibawah ini:
https://www.youtube.com/watch?v=tyqmbLg635k
Apapun yang terjadi saya tetap mengidolakan Mel Shandy, seorang gadis rock yang tidak saja punya olah fokal yang luar biasa melainkan juga pandai melafalkan Al Quran dengan sangat fasih karena dia pernah juga juara membaca Al Quran di desanya di Cikapundung Bandung.
I Love You Mel Shandy....
London
Jumat, 10 April 2015
Sekilas Ulasan All England 2015
Sudah hampir empat tahun saya tinggal di Inggris untuk kuliah dan sudah dua kali saya menonton All England edisi tahun 2014 dan tahun 2015. Ada perbedaan diantara kedua edisi tersebut khususnya bagi kontingen Indonesia. Jika di edisi 2014 Indonesia berhasil memborong dua gelar ganda putra dan ganda campuran, kali ini Indonesia hanya kebagian satu runner up ganda campuran karena Tantowi Ahmad Liliana Natsir kalah telak dari Ganda Tiongkok, Zhang Nan/Zao Yunlei. Gambar dibawah saya ambil ketika Tantowi melakukan smash kearah ganda Dernmak, Christina Pedersen/Joachim Neilsen di perempat final dimana duo Indonesia berhasil mengalahkan duo Dernmark straigt set.
Namun sebenarnya kekalahan di final tersebut tidaklah terlalu mengecewakan karena di dua edisi sebelumnya Tantowi/Liliana berhasil menekuk duo ZZ di final. Jadi jika dihitung heat to head di All England, pasangan Indonesia masih lebih bagus dari pasangan Tiongkok.
Yang agak mengecewakan tentunya ganda putra Hendra/Ahsan karena kalah dibabak kedua oleh pasangan Tiongkok Fu Haifeng/Zhang Nan sehingga mereka berdua tidak bisa mempertahankan gelar All England yang mereka raih tahun 2014.
Dibalik ketidaksuksesan tim Indonesia, ada dua atau tiga pasangan pemain Indonesia yang punya prospek menjanjikan. Yang pertama adalah Praveen Jordan/Debby Susanto yang berhasil menekuk unggulan kedua Xu Chen/Ma Jin di babak awal. Pasangan pelapis Tantowi/Liliana ini sebelumnya juga meraih perunggu Asian Games di Busan Korea. Namun sayangnya langkah pasangan muda Indonesia ini terhenti di semifinal oleh duo ZZ. Dibawah ini adalah gambar yang saya ambil ketika Praveen melakukan smash kearah pasangan Tiongkok.
Pasangan muda lainnya yang juga layak untuk diacungi jempol adalah ganda putra Kevin Sanjaya/Marcus Fenaldi yang bisa melangkah sampai perempat final sebelum mereka kalah dari ganda Dernmark. Selain itu juga ada Ricky Karanda/Angga Pratama yang juga menunjukan permainan menawan meskipun harus kalah dari pasangan unggulan kedua dari Dernmark Mathias Boe/Carsten Mogensen.
Semoga badminton Indonesia bisa terus mengimbangi kekuatan Tiongkok sebagai barometer badminton dunia.
London
Senin, 16 Maret 2015
FENOMENA HAJI LULUNG
Baru saja melihat di youtube wawancara Haji Lulung dengan Metro. Salah satu yang paling menarik menurut saya adalah hastag twitter dari Justin Bieber dan Taylor Swift yang penasaran juga dengan sosok Haji Lulung yang telah mendunia...eeeiittt tapi tunggu dulu ya Haji Lulung mendunia bukan karena sepak bola atau keliling jadi backbacker melainkan karena namanya di twit oleh ribuan orang Indonesia.
Salah satu bunyi hastag dari Justin Bieber bahkan sangat menggelikan ketika dia men-twit 'WHAT THE HELL IS HE?' Lalu Taylor Swift men-twit OH MY GOD WHO IS HE?
Sebenarnya fenomena mendunianya Haji Lulung tidak lah mengherankan jika hanya di twitter karena memang pengguna twitter di Indonesia kalau tidak salah terbesar di dunia. Ya wajar saja sekarang mayoritas masyarakat sudah punya hape yang terkoneksi ke internet dan anak muda juga sudah melek internet. Jadi jika ada sebuah fenomena yang mampu menggugah kaum muda untuk mengomentari di twitter akan sangat mudah twit tersebut menjadi trending topik.
Tapi......sayangnya sampai sekarang aku belum punya twitter account dan belum tertarik untuk mencobanya. Facebook saja sudah pening apalagi ditambah twitter.
Salam, London
Salah satu bunyi hastag dari Justin Bieber bahkan sangat menggelikan ketika dia men-twit 'WHAT THE HELL IS HE?' Lalu Taylor Swift men-twit OH MY GOD WHO IS HE?
Sebenarnya fenomena mendunianya Haji Lulung tidak lah mengherankan jika hanya di twitter karena memang pengguna twitter di Indonesia kalau tidak salah terbesar di dunia. Ya wajar saja sekarang mayoritas masyarakat sudah punya hape yang terkoneksi ke internet dan anak muda juga sudah melek internet. Jadi jika ada sebuah fenomena yang mampu menggugah kaum muda untuk mengomentari di twitter akan sangat mudah twit tersebut menjadi trending topik.
Tapi......sayangnya sampai sekarang aku belum punya twitter account dan belum tertarik untuk mencobanya. Facebook saja sudah pening apalagi ditambah twitter.
Salam, London
Senin, 23 Februari 2015
Film The Theory of Everything
Baru saja menonton film The Theory of Everything yang mengisahkan perjalanan hidup sang fisikawan dan filosop Inggris Stephen Hawking. Sebuah film yang luar biasa dan memberikan inspirasi bagi setiap penonton untuk mengalahkan semua keterbatasannya.
Meskipun Profesor Hawking mengalami kelumpuhan total kecuali otak dan saraf motorik seksualnya (sehingga dia masih bisa mempunyai tiga anak dari Jane, istrinya), satu hal yang paling aku suka dari prinsipnya Hawking ketika menolak bantuan dari teman dan orang tuanya. Profesor Hawking sangat mandiri dan percaya bahwa menjadi ilmuwan adalah prioritas utamanya. Prioritas yang kedua adalah menjadi penulis terkenal dan baru setelah itu hidup normal seperti manusia lainnya.
Namun demikin bukunya 'The Brief History of Time telah menjadi best seller yang terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia. Sebuah pencapaian yang sangat luar biasa.
Mungkin prinsipnya tersebutlah yang mendasari Profesor Hawking menolak pemberian kehormatan dari Ratu Inggris.
Meskipun Profesor Hawking mengalami kelumpuhan total kecuali otak dan saraf motorik seksualnya (sehingga dia masih bisa mempunyai tiga anak dari Jane, istrinya), satu hal yang paling aku suka dari prinsipnya Hawking ketika menolak bantuan dari teman dan orang tuanya. Profesor Hawking sangat mandiri dan percaya bahwa menjadi ilmuwan adalah prioritas utamanya. Prioritas yang kedua adalah menjadi penulis terkenal dan baru setelah itu hidup normal seperti manusia lainnya.
Namun demikin bukunya 'The Brief History of Time telah menjadi best seller yang terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia. Sebuah pencapaian yang sangat luar biasa.
Mungkin prinsipnya tersebutlah yang mendasari Profesor Hawking menolak pemberian kehormatan dari Ratu Inggris.
Minggu, 15 Februari 2015
Misteri PhD
Sebenarnya menjadi mahasiswa PhD itu kunci utamanya bukanlah pintar atau kaya melainkan endurance (ketahanan) atau yang dalam bahasa umumnya disebu Istiqamah. Pintar mungkin justru menempati posisi ketiga atau yang kesekian kalinya karena setelah kita punya daya tahan yang bagus, elemen penting nomor dua nya adalah motivasi. Dua hal ini menjadi bagian penting yang tak boleh hilang selama menjadi mahasiswa PhD selama lebih dari 1000 hari.
Kenapa endurance dan motivation yang penting? Bukankah syarat kelulusan mahasiswa doktor itu harus menemukan teori baru, barang baru, dan semua hal-hal yang belum pernah diteliti sebelumnya? Nah, untuk bisa mendapatkan maha karya itu bukankah dibutuhkan kecerdasan otak yang luar biasa?
Mayoritas masyarakat punya anggapan seperti itu terhadap mahasiswa doktoral. Namun setelah masuk kedalamnya baru mereka akan tahu bahwa pinter/cerdas itu penting namun masih kalah dengan endurance dan motivation.
Kenapa? Karena selama berhari-hari dan berbulan-bulan dalam kurun tahunan seorang mahasiswa PhD nyaris bekerja sendiri. Supervisor menganggap mereka sebagai kolega yang tak harus disetir setiap hari. Supervisor baru akan meminta mahasiswanya menghadap jika ada sesuatu kesalahan serius dari penelitian si mahasiswa tersebut. Jika aman-aman saja dan hanya punya persoalan yang sepele biasanya hanya cukup pemberitahuan melalui email.
Beda dengan mahasiswa Master dan Undergraduate yang punya timetable sangat jelas dan padat. Bahkan setelah tiga tahun menjadi mahasiswa PhD baru aku tahu bahwa menjadi mahasiswa master itu jauh lebih berat. Semua tugas kuliah harus selesai tepat waktu atau kena pinalti jika terlambat mengumpulkan.
Lalu kenapa banyak mahasiswa Doktor yang seringnya lulus terlambat jika PhD bukan sesuatu yang sulit? Jawabnya gampang saja. Karena rata-rata dari mereka tidak punya dua elemen penting tadi. Seringkali mahasiswa PhD terlena tidak kerja keras karena tidak ada target dari supervisor. Jadinya mereka menjadi full time traveller atau full time worker dan hanya menjadi part time researcher.
Namun ternyata lulus telat dari kuliah PhD itu masih jauh lebih baik. Ada beberapa yang drop out (DO) atau walk out (WO). Kalau DO karena mereka terpental, kalah bertarung selama menjadi PhD. Mahasiswa yang DO ini juga bukanlah mahasiswa yang tingkat kecerdasannya jelek melainkan justru seringkali cenderung pinter. Kelemahannya mereka punya tingkat endurance yang jelek atau tidak bisa mengatur motivasi sehingga seperti mobil yang kehilangan setir.
Kalau mahasiswa PhD yang WO biasanya mereka yang berusaha mengembalikan endurance dan motivation yang pernah hilang namun karena tekanan atau godaan yang datang terlalu besar maka memutuskan untuk menyudahi pertarungan ketika bel pertandingan belum dibunyikan untuk mengakiri pertarungan. Mereka menyerah kalah.
Jadi kalau menjadi mahasiswa PhD itu mudah kenapa banyak yang takut untuk masuk ke dunia PhD. Apakah misterinya terlalu gelap dan sulit terbaca?
London
Kenapa endurance dan motivation yang penting? Bukankah syarat kelulusan mahasiswa doktor itu harus menemukan teori baru, barang baru, dan semua hal-hal yang belum pernah diteliti sebelumnya? Nah, untuk bisa mendapatkan maha karya itu bukankah dibutuhkan kecerdasan otak yang luar biasa?
Mayoritas masyarakat punya anggapan seperti itu terhadap mahasiswa doktoral. Namun setelah masuk kedalamnya baru mereka akan tahu bahwa pinter/cerdas itu penting namun masih kalah dengan endurance dan motivation.
Kenapa? Karena selama berhari-hari dan berbulan-bulan dalam kurun tahunan seorang mahasiswa PhD nyaris bekerja sendiri. Supervisor menganggap mereka sebagai kolega yang tak harus disetir setiap hari. Supervisor baru akan meminta mahasiswanya menghadap jika ada sesuatu kesalahan serius dari penelitian si mahasiswa tersebut. Jika aman-aman saja dan hanya punya persoalan yang sepele biasanya hanya cukup pemberitahuan melalui email.
Beda dengan mahasiswa Master dan Undergraduate yang punya timetable sangat jelas dan padat. Bahkan setelah tiga tahun menjadi mahasiswa PhD baru aku tahu bahwa menjadi mahasiswa master itu jauh lebih berat. Semua tugas kuliah harus selesai tepat waktu atau kena pinalti jika terlambat mengumpulkan.
Lalu kenapa banyak mahasiswa Doktor yang seringnya lulus terlambat jika PhD bukan sesuatu yang sulit? Jawabnya gampang saja. Karena rata-rata dari mereka tidak punya dua elemen penting tadi. Seringkali mahasiswa PhD terlena tidak kerja keras karena tidak ada target dari supervisor. Jadinya mereka menjadi full time traveller atau full time worker dan hanya menjadi part time researcher.
Namun ternyata lulus telat dari kuliah PhD itu masih jauh lebih baik. Ada beberapa yang drop out (DO) atau walk out (WO). Kalau DO karena mereka terpental, kalah bertarung selama menjadi PhD. Mahasiswa yang DO ini juga bukanlah mahasiswa yang tingkat kecerdasannya jelek melainkan justru seringkali cenderung pinter. Kelemahannya mereka punya tingkat endurance yang jelek atau tidak bisa mengatur motivasi sehingga seperti mobil yang kehilangan setir.
Kalau mahasiswa PhD yang WO biasanya mereka yang berusaha mengembalikan endurance dan motivation yang pernah hilang namun karena tekanan atau godaan yang datang terlalu besar maka memutuskan untuk menyudahi pertarungan ketika bel pertandingan belum dibunyikan untuk mengakiri pertarungan. Mereka menyerah kalah.
Jadi kalau menjadi mahasiswa PhD itu mudah kenapa banyak yang takut untuk masuk ke dunia PhD. Apakah misterinya terlalu gelap dan sulit terbaca?
London
Selasa, 03 Februari 2015
Salju pun Turun Memutihkan London
Banyak teman-teman Indonesia yang ada di London begitu menantikan datangnya salju. Bahkan mungkin mereka sampai bermimpi main salju kali ya. Aku sendiri tidak begitu mengharapkan salju namun juga senang sih jika ternyata turun salju asalkan banyak dan lama. Kalau cuma sebentar apalagi bercampur hujan mending ga usah turun salju.
Nah tadi malam sekitar jam 3-4 salju turun cukup lama sehingga memutihkan genteng rumah, jalan dan kebun di belakang rumah. Ini salah satu penampakannya.
Mungkin untuk tahap kedua akan turun salju yang lebih tebal lagi karena memang biasanya begitu rutinitasnya.
Nah tadi malam sekitar jam 3-4 salju turun cukup lama sehingga memutihkan genteng rumah, jalan dan kebun di belakang rumah. Ini salah satu penampakannya.
Mungkin untuk tahap kedua akan turun salju yang lebih tebal lagi karena memang biasanya begitu rutinitasnya.
Program Jokowi: Sinking the Ship
SOAS baru saja menggelar diskusi yang menghadirkan Dr. Marcus Mietzner dari ANU Australia yang membedah kinerja Jokowi dalam 100 hari pertamanya di Istana Negara.
Sebenarnya sangat menarik paparan Marcus dan hampir semuanya saya setuju kecuali dua hal yang menurut saya menjadi layak untuk dikritisi.
Pertama analisisnya Markus yang menjadikan program penenggelaman kapal yang mencuri ikan di Indonesia sebagai salah satu kegagalan. Disini lah saya mulai bertanya-tanya kenapa dia justru memasukan program Sinking the Ship tersebut sebagai kegagalan padahal kebijakan Susi tersebut begitu populer di Indonesia. Bahkan Susi seperti Baharudin Lopa di era Gus Dur. Jika tidak ada kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang rajin menangkap nelayan asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia, mungkin nasib Jokowi akan sama dengan Gus Dur. Gejolak politik terutama perang Baratayudha antara KPK vs. Polri bisa digunakan oleh lawan politik Jokowi untuk melengserkannya dari Istana.
Rasa penasaran tersebutlah yang kemudian mendorong saya untuk mengangkat tangan mengajukan pertanyaan kepada Marcus kenapa dia justru menjadikan program favorit tersebut sebagai kegagalan.
Marcus pun menjawab bahwa tidak perlu menenggelamkan kapal. Cukup dengan menangkap awak kapal, diproses di pengadilan dan pelakunya di penjara. Nah kan, ini menunjukan bahwa Marcus tidak membaca Indonesia dengan seksama. Bukankah semua kapal yang ditenggelamkan sudah diputus bersalah di pengadilan.
Analisis kedua yang saya tidak setuju adalah hukuman mati bagi pengedar narkoba. Namun harus saya tegaskan bahwa yang saya kritisi bukan hukuman matinya melainkan sisi subjektifnya. Kenapa dunia luar tidak protes ketika Densus 88 punya protap selalu menembak mati (orang yang dituduh sebagai) pelaku terorisme di tempat tanpa di proses dulu di pengadilan. Padahal mereka juga punya hak untuk membela diri sebagai bagian dari due process of law. Namun kenapa kali ini pengedar narkoba yang sudah tertangkap tangan membawa barang terlarang justru dibela?
Atau, bagaimana jika misalnya Indonesia berhasil menangkap pelaku illegal logging yang katanya merusak hutan di Indonesia? Apakah dia akan protes? Saya kira tidak.
Jika saja Marcus meletakan persoalan hukuman mati ini lebih proporsional dan objektif, mungkin saya akan menerima pendapatnya. Namun jika hanya melihat Indonesia secara parsial, saya kira itu kurang tepat untuk dibicarakan dalam forum ilmiah.
Atau, mungkin ini hanya strateginya Marcus agar orang Indonesia juga berani menyuarakan pendapatnya di forum internasional? Tentu akan selalu menarik mencermati sepak terjang Jokowi. Bukan hanya karena dia seorang presiden yang sangat populer melainkan karena Indonesia juga terlalu seksi bagi dunia internasional.
London, 3 Feb 2015
Sebenarnya sangat menarik paparan Marcus dan hampir semuanya saya setuju kecuali dua hal yang menurut saya menjadi layak untuk dikritisi.
Pertama analisisnya Markus yang menjadikan program penenggelaman kapal yang mencuri ikan di Indonesia sebagai salah satu kegagalan. Disini lah saya mulai bertanya-tanya kenapa dia justru memasukan program Sinking the Ship tersebut sebagai kegagalan padahal kebijakan Susi tersebut begitu populer di Indonesia. Bahkan Susi seperti Baharudin Lopa di era Gus Dur. Jika tidak ada kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang rajin menangkap nelayan asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia, mungkin nasib Jokowi akan sama dengan Gus Dur. Gejolak politik terutama perang Baratayudha antara KPK vs. Polri bisa digunakan oleh lawan politik Jokowi untuk melengserkannya dari Istana.
Rasa penasaran tersebutlah yang kemudian mendorong saya untuk mengangkat tangan mengajukan pertanyaan kepada Marcus kenapa dia justru menjadikan program favorit tersebut sebagai kegagalan.
Marcus pun menjawab bahwa tidak perlu menenggelamkan kapal. Cukup dengan menangkap awak kapal, diproses di pengadilan dan pelakunya di penjara. Nah kan, ini menunjukan bahwa Marcus tidak membaca Indonesia dengan seksama. Bukankah semua kapal yang ditenggelamkan sudah diputus bersalah di pengadilan.
Analisis kedua yang saya tidak setuju adalah hukuman mati bagi pengedar narkoba. Namun harus saya tegaskan bahwa yang saya kritisi bukan hukuman matinya melainkan sisi subjektifnya. Kenapa dunia luar tidak protes ketika Densus 88 punya protap selalu menembak mati (orang yang dituduh sebagai) pelaku terorisme di tempat tanpa di proses dulu di pengadilan. Padahal mereka juga punya hak untuk membela diri sebagai bagian dari due process of law. Namun kenapa kali ini pengedar narkoba yang sudah tertangkap tangan membawa barang terlarang justru dibela?
Atau, bagaimana jika misalnya Indonesia berhasil menangkap pelaku illegal logging yang katanya merusak hutan di Indonesia? Apakah dia akan protes? Saya kira tidak.
Jika saja Marcus meletakan persoalan hukuman mati ini lebih proporsional dan objektif, mungkin saya akan menerima pendapatnya. Namun jika hanya melihat Indonesia secara parsial, saya kira itu kurang tepat untuk dibicarakan dalam forum ilmiah.
Atau, mungkin ini hanya strateginya Marcus agar orang Indonesia juga berani menyuarakan pendapatnya di forum internasional? Tentu akan selalu menarik mencermati sepak terjang Jokowi. Bukan hanya karena dia seorang presiden yang sangat populer melainkan karena Indonesia juga terlalu seksi bagi dunia internasional.
London, 3 Feb 2015
Kamis, 08 Januari 2015
Parto pun Tersadarkan
Bis Rela jurusan Purwodadi - Solo melaju perlahan. Maklum karena penumpang sudah penuh sehingga si supir tidak perlu ngebut untuk rebutan penumpang dengan bis lain. Jika saja penumpangnya sedikit, pastilah bis yang body nya sudah seperti perawan era 45an tersebut seperti gerobak yang didorong sangat keras. Dimana-mana terdengar bunyi 'grobyak-grobyak' karena semua sambungan besi dan baja di badan bis sudah sangat tua. Apalagi jalanan Purwodadi - Solo banyak yang bergelombang karena struktur tanahnya yang bergerak.
Parto sampai di Terminal Tirtonadi sekitar jam 6 sore. Buru-buru dia menuju Mushala di pojok terminal yang dikenalkan oleh Didi Kempot lewat lagunya Tirtonadi. Sehabis shalat dia ke ruang tunggu bis yang lebih mirip seperti ruangan bengkel karena lantainya yang sudah menghitam karena terkena solar dan oli bis setiap hari.
Kukup lama dia menunggu bis jurusan Surabaya - Yogyakarta yang biasanya berhenti di salah satu terminal terbesar di Jawa Tengah tersebut. Untuk menghilangkan penat, Parto duduk di bangku besi yang catnya sudah banyak yang mengelupas sambil minum air mineral. Dia termenung....memikirkan banyak hal mulai dari orang berlalu lalang didepannya sampai urusannya sendiri.
Tiba-tiba pikiran Parto kembali ke 12 jam yang lalu ketika dia masih di Jakarta. Ya....Parto baru saja membuat keputusan yang sangat besar didalam sejarah hidupnya. Dia berani memutuskan untuk melamar Tumi meskipun dia tahu bahwa sebenarnya masih banyak hal yang harus diselesaikan berdua.
Salah satunya adalah perbedaan duniannya dengan dunia Tumi. Dunia Parto adalah dunia yang sangat menyenangkan karena tidak ada sekat dengan alam. Dia tak pernah membatasi dirinya dengan keadaan yang dihadapinya. Tidur di hotel berbintang sampai tidur di pinggiran sungai beralaskan alang-alang sudah pernah dia alami.
Makan di restoran elit sampai makan nasi sedikit basi di tengah hutan juga pernah ia alami. Naik pesawat kelas bisnis sampai berjalan kaki sepanjang malam yang mencekam juga pernah ia lakukan.
Semuanya begitu dinikmati Parto tanpa harus merasa malu atau bangga. Hidupnya begitu mengalir apa adanya.
Dia sedikit ketakutan akan kehilangan kehidupannya jika nantinya dia menikah dengan Tumi yang menurutnya kehidupan Tumi sedikit berbeda. Sebagai seorang perempuan dengan latar belakang kehidupan kota tentu Parto yakin Tumi tak akan pernah mengalami masa-masa indah kehidupan manusia seperti yang dialaminya.
Parto bingung! haruskah ia memilih untuk hidup bersama Tumi namun harus merelakan kehidupannya yang begitu disukainya dan berbagi dengan Tumi ataukah memutuskan untuk terus meneruskan derap langkah kehidupannya sendirian.
Pasti Parto masih ingat sejarah Soekarno ketika dia diasingkan oleh Belanda. Ketika itu Soekarno sebagai seorang pemimpin harus hidup sendiri di Pulau Ende Flores. Belanda sangat cerdik karena jika ingin membunuh Soekarno tidak berarti harus memotong leher atau urat nadinya, cukup diasingkan dari dunianya saja.
Nah, bisa dibayangkan jika Parto harus seperti Soekarno ketika dia hidup bersama Tumi. Tapi....Parto berfikir keras, masak sih Tumi sama dengan Kompeni Belanda??? tapi bisa saja kan Cintanya kepada Tumi itulah yang justru nanti menjadi penjara yang bisa lebih kejam daripada Pulau Ende????
aahhh...........masak bodo lah! gumam Parto dalam hati sambil membuang botol air mineral yang sebenarnya sudah kosong ke tong sampah didekatnya. Dia mulai melihat jam di hp nya yang sudah menunjukan pukul 6.30 menit. Tanpa sadar Parto ternyata sudah di Terminal itu sekitar 30 menit. Saat Parto masih asyik bercengkerama dengan pikirannya, tiba-tiba ada tangan yang menujur kearahnya....
Mas minta uang mas buat makan!?? ada suara lirih didepannya.
tanpa ba bi bu Parto langsung memberi isyarat tidak ingin memberi dengan menodongkan tangannya ke depan sembari menggerakan ke lima jari tangannya ke kanan dan kekiri tanpa bersuara.
Si peminta-minta itu pun segera berlalu tanpa berucap. Tetapi ternyata dia tidak berlalu terlalu jauh, cuma disamping Parto. Ternyata orang itu mengais botol air mineral yang dibuangnya tadi untuk dimasukan ke dalam tas kresek.
Buru-buru Parto tersadar bahwa orang tersebut benar-benar butuh uang untuk makan. Pakaiannya yang lusuh dan kaki kirinya yang harus disangga dengan tongkat menujukan bahwa orang ini adalah rakyat-rakyat Indonesia sebagai korban keningratan kelompok kaya tanpa perasaan. Mereka terlalu sibuk menumpuk uang sehingga lupa kehidupan kumal di sekelilingnya.
Parto langsung mencari uang receh di saku dan tas punggungnya. Tetapi sial ternyata dia cuma mendapatkan uang 200 rupiah. Dia tidak berani membuka dompet karena disitu uangnya tinggal 24 ribu untuk beli tiket bis cepat ke Jogja. Dia ingat betul bahwa uang didompetnya tinggal 24 ribu. Lalu buru-buru dia berikan 200 rupiah itu ke gelandangan tersebut.
ini pak....suara Parto serak menahan sebuah emosi yang sangat dalam. Dia merasa bersalah tidak bisa memberi uang banyak dan tadinya menolak orang itu.
dia terus memperhatikan orang itu mengais tong sampah yang baunya agak menyengat karena sampah kering dan basah bercampur jadi satu.hatinya tidak tega orang itu harus bergelut dengan kotoran untuk sesuap nasi sedangkan orang lain sangat mudah mengkorupsi uang jaminan sosial.....siapakah yang bersalah dalam hal ini? Parto bergumam dalam hati.
sembari terus melihat orang itu, dia berani membuka dompet sapa tau ada uang yang menyelip di dompet. dan ternyata benar ada uang 5000 rupiah disela-sela dompetnya.lalu dia berikan uang itu kepada gelandangan lusuh tersebut.
ini pak buat beli makan, maaf ya. Parto berusaha membayar sikap penolakannya dengan prinsip hukum jual beli. ketika dia mengucapkan maaf dan orang itu tidak marah, maka Parto berfikir bahwa secara hukum orang itu telah memaafkannya. sama halnya ketika dia beli barang di supermarket.
terima kasih banyak mas....terima kasih terima kasih! kata orang tersebut.
hatinya Parto seperti tersayat-sayat, kasihan dan emosi bercampur jadi satu.
didalam hati Parto bertanya, yang mana sih tanggungjawab sosial, belas kasihan, moral dan etika dalam kehidupan???
(bersambung......................)
London
Rabu, 07 Januari 2015
Kekalahan Parto
Suatu saat Parto sakit kuning atau Hepatitis A. Salam, bapaknya Parto berusaha untuk membawa Parto ke puskesmas terdekat namun Parto menolak karena dia tahu nanti sesampainya di puskesmas akan disuntik oleh perawat desa.
Untuk menyiasatinya, Salam meminta Romelah, kakaknya Parto untuk membujuknya.
Suatu hari ketika Parto bermain di sungai bersama teman-temannya, Romelah datang dengan maksud membawa kabar baik.
Parto kecil tidak saja pandai berenang tetapi juga dikenal oleh orang kampung sebagai anak sungai karena sehari-hari terus disungai. Ada saja yang dilakukan seperti mandi, bermain 'jumpritan' mencari ikan, dan mencuci baju. Bermain jumpritan adalah favoritnya Parto. Permainan ini biasanya diikuti oleh beberapa orang. caranya, yang kalah hum pim sut pertama kali harus memegang kepala teman-temannya. nah, teman-temannya ini harus menyelam dan sembunyi didalam air sesembari muncul di permukaan agar tidak kena kepalanya.
Parto, kamu mau diajak ke Pantai Grajakan sama bapak...cepet sana pulang...!! Romelah memanggil Parto yang sedang mandi di sungai bersama teman-temannya.
Ayo cepetan, nanti aku tinggal.......!!! sambung kakaknya dari pinggiran sungai.
Grajagan adalah satu-satunya pantai di daerah selatan Banyuwangi yang dikelola oleh pemerintah. Ia menjadi primadona masyarakat Watu Jati karena untuk mencapai ke daerah tersebut hanya dibutuhkan waktu sekitar satu jam naik sepeda pancal. Setiap minggu Grajakan selalu dipenuhi oleh pengunjung. Nah, bapaknya Parto sering mengajak Parto dan Romelah kesana.
Ahh....bohong, paling-paling aku mau disuntik!! kata Parto. Parto seperti mencium konspirasi tingkat tinggi antara Romelah dan Salam. Parto memang sangat takut sama suntik. Bahkan ketika ada imunisasi cacar di sekolah dia juga bolos pulang.
Nggak, tuh lihat bapak sudah mengeluarkan sepeda. Cepetan nanti keburu siang...!! Romelah berusaha meyakinkan Parto yang masih agak tidak percaya dengan ajakan ke Grajakan tersebut. Dia masih terus bermain dengan teman-temannya di dalam air sungai yang agak keruh.
Ya udah kalau gitu, aku berangkat sendiri dengan bapak....!! kata Romelah sambil ngeloyor pergi meninggalkan Parto bersama teman-temannya.
Tapi lama-lama Parto juga ingin tahu, masak iya sih bapak dan kakaknya akan ke Grajagan. Padahal itu kan tempat favoritku....bisik Parto dalam hati.
Akhirnya Parto pun bergegas menyusul kakaknya yang sudah hampir sampai rumah. Parto berlari-lari kecil sambil menyerempangkan bajunya di pundak.
Memang pada waktu kecil Parto tidak pernah memakai baju, cuma disarungkan atau diserempangkan dipundak. Makanya kulitnya hitam dan rambutnya merah karena selalu mandi di sungai tiap hari. Parto bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam mandi di sungai bersama teman-temannya.itu juga yang membuat Parto lupa makan dan memperhatikan kesehatannya yang akhirnya menyebabkan Parto terancam penyakit Liver.
Ketika Parto akan sampai di rumah, seketika itu ada dua orang yang menyergapnya. Mereka adalah pamannya Parto, Sofyan dan tetangganya Parto bernama Sutip yang dipesan khusus oleh bapaknya Parto untuk membantu menangkap Parto.
Parto meronta...tapi tidak berdaya karena dua orang kekar tersebut langsung menangkap tangan dan kakinya. Parto dibawa kedalam rumah seperti seorang tahanan perang. Dia tak begitu tak berdaya meronta dalam jerit tangis yang memilukan.
Sesampainya dirumah, Parto diletakan di meja besar yang sudah disiapkan untuk Parto. Dokter Mansur juga sudah didatangkan untuk menyuntik Parto. Tetapi permasalahannya Parto sangat benci dan takut sama jarum suntik. Makanya dia tidak pernah ke dokter kalau sakit. Dia biasanya cuma tidur dirumah saja.
Parto masih terbaring di atas meja seperti tawanan perang. Tangannya dipegang dengan sangat kuat oleh dua orang sewaan Salam. Parto melihat keduanya seperti algojo yang siap menghujamkan pedangnya ke leher Parto.
Parto terus menangis dan meronta sekuat tenaga. Tangisan nya semakin kuat seskipun dia tahu tidak akan mampu melawan kedua algojo tersebut.
Jancuuuuukkk, matamuuuuuu, asuuuuuuuu...........tiba-tiba Parto mengucapkan tri-sila bahasa tersebut untuk menumpahkan kejengkelannya kepada kedua algojo yang tak pernah bersuara sedikitpun selain memegangi dengan erat tangan dan kakinya Parto.
Parto mengucapkan kata-kata tersebut berkali-kali. Salam terkejut dan seketika menyumpal mulutnya Parto dengan baju agar Parto berhenti mengucapkan kata-kata kotor tersebut.
Namun Parto tak mau kalah begitu saja. Dia seakan tidak mau walk out (WO) dari pertarungan. Tiga kata itu terus diucapkan berkali-kali oleh Parto sambil terus meronta meskipun mulutnya sudah penuh dengan sumpalan baju. Dia tak peduli lagi dengan semua orang yang ada di situ.
Si dokter pun juga masih membisu menunggu titah dari Salam sebagai pemimpin konspirasi. Dia tak habis pikir kenapa bisa menemukan kata tri-sila tersebut di sebuah rumah reot di Watu Jati. Apalagi kata tersebut keluar dari mulut seorang anak kecil yang sedang meronta diatas meja.
Padahal tiga kata itu adalah kata paling seronok, jorok dan tidak pantas diucapkan dimuka umum. Jancuk adalah kata yang sering diucapkan oleh orang-orang Jawa Timur ketika mereka marah. Matamu kalau diucapkan dengan intonasi tertentu akan bermakna jelek karena mengandung unsur penghinaan terhadap seseorang yang diajak bicara. Sedangkan asu jelas merupakan konotasi dari anjing sebagai binatang yang menjijikan bagi umat Islam.
Selain meronta dan menangis, sesekali Parto juga berusaha meludahi dua orang algojo yang masih memegangi tangan dan kakinya. Beberapa kali Parto juga berusaha menjejakan kakinya. Tangannya juga terus diputar-putar dengan maksud agar genggaman dua orang tadi lepas.
Sutip Asuuuuu, Kowe Asu Tiiipppp...Raimu Yaaaaannn.....jancuuuuuuuuk!!!!! kata Parto berulang-ulang.
Ibunya Parto, Jamilah yang dari tadi cuma mendengarkan dari dapur juga akhirnya tak tahan untuk ikut mengurung pertahanan Parto dengan cara menampar mulutnya Parto. Jamilah juga berkata didekatnya Parto kalau tri-sila tersebut tidak boleh diucapkan.
Parto ternyata tidak diam atau takut tapi Jamilah juga ikut diludahi. Dia terus mengumpat. Bahkan kali ini kata-kata yang keluar semakin tidak karuan.....semakin saru dan tidak pantas didengar oleh orang lain karena sudah menyentuh bagian tubuh manusia.
Jelas kata-kata itu membuat orang tuanya Parto malu kepada semua orang yang ada disitu.
Dokter Mansur yang dari tadi sudah menunggu diruang tamu belum bisa berbuat banyak. Dia menunggu arahan dari Salam yang masih sibuk menyumpal mulutnya Parto. Rupanya dia juga tidak tega melihat Parto yang diperlakukan seperti tahanan perang.
Gimana pak, jadi disuntik? kata dokter.
Parto yang mendengar kata 'suntik' dari dokter tersebut kontan juga melihat ke dokter dan berusaha meludahi si dokter dan mengata-ngatai dokter tersebut. Mungkin yang ada di benak Parto pada waktu itu adalah dokter tersebut adalah orang yang paling bertanggung jawab atas semua ini. Dialah biang keroknya sehingga dia harus diperlakukan seperti tahanan perang.
Tanpa pikir panjang Parto mengatai dokter dengan kata-kata jorok.
Jancuk koen Sur, matamu, asu, raimu bangsaaaaatttttttttt@!!!!!!! kata Parto sambil meronta ingin menendang si dokter yang bernama Mansur. Dia adalah dokter kenalan bapaknya Parto dan sering bertugas ke kampung-kampung.
Ya udah pak di suntik sekarang aja..! kata bapaknya Parto sambil memberi kode kepada dua algojo Sofyan dan Sutip untuk membalikan badannya Parto biar bisa tengkurap. Untuk urusan ini jelas dua orang saja tidak cukup, dibutuhkan empat orang untuk membalikan badannya Parto. Jadinya paman, tetangga, bapak dan ibunya Parto bersama-sama membalikan badan Parto yang semakin lemas karena terlalu banyak keluar energi.
Setelah tengkurap, si Dokter mendekat sambil memegang jarum suntik yang sudah diisi obat ditangan kanannya. Parto tidak kalah akal, dia menengadahkan dan menengok ke kanan kiri untuk meludahi si dokter yang sudah membubuhkan obat bius di pantatnya. Disisa-sisa tenaganya yang sudah mulai habis, Parto masih berusaha meludahi sang dokter meskipun tidak kena sambil terus mengumpat.
jjuuussssssssssssss, akhirnya jarum suntik yang menjadi musuh bebuyutan Parto itu berhasil menembus daging pantatnya. Pada saat jarum suntik menembus pantatnya, Parto tidak saja seperti kalah bermain perang-perangan tetapi juga seperti kalah bermain kelereng sampai tidak punya sebutir kelereng pun disakunya. malu, marah, dan semua jenis amarah bercampur jadi satu. Tak rela rasanya dia harus kalah seperti ini. Sangat menyakitkan dan bahkan jauh lebih sakit rasanya daripada jarum suntik yang hanya beberapa detik menembus pantatnya.
Akhirnya dia hanya bisa menangis diatas meja seperti seorang gadis yang kerampokan keperawanan. Tak ada lagi gerak meronta dari tangan dan kakinya. Tubuhnya begitu lemas, meringkuk diatas meja. Yang ada adalah tangisan lirih.
Parto pun tak menyadari bahwa semua orang langsung keluar rumah seketika setelah dokter mencabut jarum suntik dari pantatnya Parto.
Dokter Mansur yang dari tadi sudah merasa malu karena terus dikata-katai dan diludahi Parto juga langsung cabut dari rumah. Bapak dan ibunya Parto tidak henti-hentinya minta maaf atas semua yang telah dilakukan oleh anak laki-laki satunya tersebut.
Drama penyanderaan selama sekitar 10 menit itu berakhir dengan kekalahan Parto yang lemas menangis diatas meja. Tetapi didalam hatinya dia sedikit bisa membusungkan dada karena bisa mengeluarkan semua ekspresinya kepada semua orang yang telah berlaku curang kepadanya.
Ga apa-apa aku kalah kali ini, menangis pun bukan berarti cengeng. Dokter itu yang penakut karena dia ga berani 'duel satu lawan satu' dengan ku....!!! kata Parto didalam hati.
jika aku bertemu dia, pasti aku akan mengajaknya duel........mungkin itu yang dipikirkan Parto saat itu.
Dan drama penyanderaan hari itu diakhiri dengan kekalahan Parto. Dia merasakan kekalahan itu begitu menyakitkan, lebih sakit daripada jarum suntik yang menancap di pantatnya...
Untuk menyiasatinya, Salam meminta Romelah, kakaknya Parto untuk membujuknya.
Suatu hari ketika Parto bermain di sungai bersama teman-temannya, Romelah datang dengan maksud membawa kabar baik.
Parto kecil tidak saja pandai berenang tetapi juga dikenal oleh orang kampung sebagai anak sungai karena sehari-hari terus disungai. Ada saja yang dilakukan seperti mandi, bermain 'jumpritan' mencari ikan, dan mencuci baju. Bermain jumpritan adalah favoritnya Parto. Permainan ini biasanya diikuti oleh beberapa orang. caranya, yang kalah hum pim sut pertama kali harus memegang kepala teman-temannya. nah, teman-temannya ini harus menyelam dan sembunyi didalam air sesembari muncul di permukaan agar tidak kena kepalanya.
Parto, kamu mau diajak ke Pantai Grajakan sama bapak...cepet sana pulang...!! Romelah memanggil Parto yang sedang mandi di sungai bersama teman-temannya.
Ayo cepetan, nanti aku tinggal.......!!! sambung kakaknya dari pinggiran sungai.
Grajagan adalah satu-satunya pantai di daerah selatan Banyuwangi yang dikelola oleh pemerintah. Ia menjadi primadona masyarakat Watu Jati karena untuk mencapai ke daerah tersebut hanya dibutuhkan waktu sekitar satu jam naik sepeda pancal. Setiap minggu Grajakan selalu dipenuhi oleh pengunjung. Nah, bapaknya Parto sering mengajak Parto dan Romelah kesana.
Ahh....bohong, paling-paling aku mau disuntik!! kata Parto. Parto seperti mencium konspirasi tingkat tinggi antara Romelah dan Salam. Parto memang sangat takut sama suntik. Bahkan ketika ada imunisasi cacar di sekolah dia juga bolos pulang.
Nggak, tuh lihat bapak sudah mengeluarkan sepeda. Cepetan nanti keburu siang...!! Romelah berusaha meyakinkan Parto yang masih agak tidak percaya dengan ajakan ke Grajakan tersebut. Dia masih terus bermain dengan teman-temannya di dalam air sungai yang agak keruh.
Ya udah kalau gitu, aku berangkat sendiri dengan bapak....!! kata Romelah sambil ngeloyor pergi meninggalkan Parto bersama teman-temannya.
Tapi lama-lama Parto juga ingin tahu, masak iya sih bapak dan kakaknya akan ke Grajagan. Padahal itu kan tempat favoritku....bisik Parto dalam hati.
Akhirnya Parto pun bergegas menyusul kakaknya yang sudah hampir sampai rumah. Parto berlari-lari kecil sambil menyerempangkan bajunya di pundak.
Memang pada waktu kecil Parto tidak pernah memakai baju, cuma disarungkan atau diserempangkan dipundak. Makanya kulitnya hitam dan rambutnya merah karena selalu mandi di sungai tiap hari. Parto bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam mandi di sungai bersama teman-temannya.itu juga yang membuat Parto lupa makan dan memperhatikan kesehatannya yang akhirnya menyebabkan Parto terancam penyakit Liver.
Ketika Parto akan sampai di rumah, seketika itu ada dua orang yang menyergapnya. Mereka adalah pamannya Parto, Sofyan dan tetangganya Parto bernama Sutip yang dipesan khusus oleh bapaknya Parto untuk membantu menangkap Parto.
Parto meronta...tapi tidak berdaya karena dua orang kekar tersebut langsung menangkap tangan dan kakinya. Parto dibawa kedalam rumah seperti seorang tahanan perang. Dia tak begitu tak berdaya meronta dalam jerit tangis yang memilukan.
Sesampainya dirumah, Parto diletakan di meja besar yang sudah disiapkan untuk Parto. Dokter Mansur juga sudah didatangkan untuk menyuntik Parto. Tetapi permasalahannya Parto sangat benci dan takut sama jarum suntik. Makanya dia tidak pernah ke dokter kalau sakit. Dia biasanya cuma tidur dirumah saja.
Parto masih terbaring di atas meja seperti tawanan perang. Tangannya dipegang dengan sangat kuat oleh dua orang sewaan Salam. Parto melihat keduanya seperti algojo yang siap menghujamkan pedangnya ke leher Parto.
Parto terus menangis dan meronta sekuat tenaga. Tangisan nya semakin kuat seskipun dia tahu tidak akan mampu melawan kedua algojo tersebut.
Jancuuuuukkk, matamuuuuuu, asuuuuuuuu...........tiba-tiba Parto mengucapkan tri-sila bahasa tersebut untuk menumpahkan kejengkelannya kepada kedua algojo yang tak pernah bersuara sedikitpun selain memegangi dengan erat tangan dan kakinya Parto.
Parto mengucapkan kata-kata tersebut berkali-kali. Salam terkejut dan seketika menyumpal mulutnya Parto dengan baju agar Parto berhenti mengucapkan kata-kata kotor tersebut.
Namun Parto tak mau kalah begitu saja. Dia seakan tidak mau walk out (WO) dari pertarungan. Tiga kata itu terus diucapkan berkali-kali oleh Parto sambil terus meronta meskipun mulutnya sudah penuh dengan sumpalan baju. Dia tak peduli lagi dengan semua orang yang ada di situ.
Si dokter pun juga masih membisu menunggu titah dari Salam sebagai pemimpin konspirasi. Dia tak habis pikir kenapa bisa menemukan kata tri-sila tersebut di sebuah rumah reot di Watu Jati. Apalagi kata tersebut keluar dari mulut seorang anak kecil yang sedang meronta diatas meja.
Padahal tiga kata itu adalah kata paling seronok, jorok dan tidak pantas diucapkan dimuka umum. Jancuk adalah kata yang sering diucapkan oleh orang-orang Jawa Timur ketika mereka marah. Matamu kalau diucapkan dengan intonasi tertentu akan bermakna jelek karena mengandung unsur penghinaan terhadap seseorang yang diajak bicara. Sedangkan asu jelas merupakan konotasi dari anjing sebagai binatang yang menjijikan bagi umat Islam.
Selain meronta dan menangis, sesekali Parto juga berusaha meludahi dua orang algojo yang masih memegangi tangan dan kakinya. Beberapa kali Parto juga berusaha menjejakan kakinya. Tangannya juga terus diputar-putar dengan maksud agar genggaman dua orang tadi lepas.
Sutip Asuuuuu, Kowe Asu Tiiipppp...Raimu Yaaaaannn.....jancuuuuuuuuk!!!!! kata Parto berulang-ulang.
Ibunya Parto, Jamilah yang dari tadi cuma mendengarkan dari dapur juga akhirnya tak tahan untuk ikut mengurung pertahanan Parto dengan cara menampar mulutnya Parto. Jamilah juga berkata didekatnya Parto kalau tri-sila tersebut tidak boleh diucapkan.
Parto ternyata tidak diam atau takut tapi Jamilah juga ikut diludahi. Dia terus mengumpat. Bahkan kali ini kata-kata yang keluar semakin tidak karuan.....semakin saru dan tidak pantas didengar oleh orang lain karena sudah menyentuh bagian tubuh manusia.
Jelas kata-kata itu membuat orang tuanya Parto malu kepada semua orang yang ada disitu.
Dokter Mansur yang dari tadi sudah menunggu diruang tamu belum bisa berbuat banyak. Dia menunggu arahan dari Salam yang masih sibuk menyumpal mulutnya Parto. Rupanya dia juga tidak tega melihat Parto yang diperlakukan seperti tahanan perang.
Gimana pak, jadi disuntik? kata dokter.
Parto yang mendengar kata 'suntik' dari dokter tersebut kontan juga melihat ke dokter dan berusaha meludahi si dokter dan mengata-ngatai dokter tersebut. Mungkin yang ada di benak Parto pada waktu itu adalah dokter tersebut adalah orang yang paling bertanggung jawab atas semua ini. Dialah biang keroknya sehingga dia harus diperlakukan seperti tahanan perang.
Tanpa pikir panjang Parto mengatai dokter dengan kata-kata jorok.
Jancuk koen Sur, matamu, asu, raimu bangsaaaaatttttttttt@!!!!!!! kata Parto sambil meronta ingin menendang si dokter yang bernama Mansur. Dia adalah dokter kenalan bapaknya Parto dan sering bertugas ke kampung-kampung.
Ya udah pak di suntik sekarang aja..! kata bapaknya Parto sambil memberi kode kepada dua algojo Sofyan dan Sutip untuk membalikan badannya Parto biar bisa tengkurap. Untuk urusan ini jelas dua orang saja tidak cukup, dibutuhkan empat orang untuk membalikan badannya Parto. Jadinya paman, tetangga, bapak dan ibunya Parto bersama-sama membalikan badan Parto yang semakin lemas karena terlalu banyak keluar energi.
Setelah tengkurap, si Dokter mendekat sambil memegang jarum suntik yang sudah diisi obat ditangan kanannya. Parto tidak kalah akal, dia menengadahkan dan menengok ke kanan kiri untuk meludahi si dokter yang sudah membubuhkan obat bius di pantatnya. Disisa-sisa tenaganya yang sudah mulai habis, Parto masih berusaha meludahi sang dokter meskipun tidak kena sambil terus mengumpat.
jjuuussssssssssssss, akhirnya jarum suntik yang menjadi musuh bebuyutan Parto itu berhasil menembus daging pantatnya. Pada saat jarum suntik menembus pantatnya, Parto tidak saja seperti kalah bermain perang-perangan tetapi juga seperti kalah bermain kelereng sampai tidak punya sebutir kelereng pun disakunya. malu, marah, dan semua jenis amarah bercampur jadi satu. Tak rela rasanya dia harus kalah seperti ini. Sangat menyakitkan dan bahkan jauh lebih sakit rasanya daripada jarum suntik yang hanya beberapa detik menembus pantatnya.
Akhirnya dia hanya bisa menangis diatas meja seperti seorang gadis yang kerampokan keperawanan. Tak ada lagi gerak meronta dari tangan dan kakinya. Tubuhnya begitu lemas, meringkuk diatas meja. Yang ada adalah tangisan lirih.
Parto pun tak menyadari bahwa semua orang langsung keluar rumah seketika setelah dokter mencabut jarum suntik dari pantatnya Parto.
Dokter Mansur yang dari tadi sudah merasa malu karena terus dikata-katai dan diludahi Parto juga langsung cabut dari rumah. Bapak dan ibunya Parto tidak henti-hentinya minta maaf atas semua yang telah dilakukan oleh anak laki-laki satunya tersebut.
Drama penyanderaan selama sekitar 10 menit itu berakhir dengan kekalahan Parto yang lemas menangis diatas meja. Tetapi didalam hatinya dia sedikit bisa membusungkan dada karena bisa mengeluarkan semua ekspresinya kepada semua orang yang telah berlaku curang kepadanya.
Ga apa-apa aku kalah kali ini, menangis pun bukan berarti cengeng. Dokter itu yang penakut karena dia ga berani 'duel satu lawan satu' dengan ku....!!! kata Parto didalam hati.
jika aku bertemu dia, pasti aku akan mengajaknya duel........mungkin itu yang dipikirkan Parto saat itu.
Dan drama penyanderaan hari itu diakhiri dengan kekalahan Parto. Dia merasakan kekalahan itu begitu menyakitkan, lebih sakit daripada jarum suntik yang menancap di pantatnya...
Belajar Toleransi dari Para Imamiyah
Fatwa NU tentang bolehnya para jamaah shalat Jumat menginterupsi khatib yang dianggap 'ngawur' seperti menjelek-jelekan orang lain, mengafirkan kelompok Islam yang tak sepaham maupun menyebarkan kebencian telah memantik reaksi yang beragam dari umat Islam di Indonesia terutama golongan muda.
Kelompok yang menentang fatwa tersebut utamanya mempertanyakan validitas fatwa tersebut dilihat dari jurisprudensi yang ada dalam Islam. Misalnya Imam Malik yang secara tegas menyatakan tidak diperbolehkannya jamaah Shalat Jumat berbicara diantara dua khutbah.
Bagi yang setuju dengan fatwa tersebut, mereka berpendapat bahwa memang tidak seharusnya ibadah shalat dijadikan ajang 'ngerumpi' karena bisa mempengaruhi kualitas ibadah tersebut. Seperi yang dikatakan oleh Mahbub Maafi Ramdlan dari Lembaga Bahtsul Masail NU bahwa interupsi boleh dilakukan asalkan didukung oleh pengetahuan yang benar untuk mendukung interupsinya tersebut.
Fatwa NU ini sebenarnya agak terlambat dalam merespon gejala radikalisme agama di Indonesia. Tak bisa dipungkiri bahwa sejak satu dekade terakhir paham radikal Islam dikembangkan melalui kutbah-kutbah Jumat dan pengajian. Padahal salah satu fungsi shalat Jumat adalah untuk merefleksikan aktifitas umat Islam dalam seminggu terakhir. Kutbah harus mampu memperbaiki kualitas hidup dan ibadah umat, bukan justru menjadi 'kompor' yang memantik kebencian dan kemarahan.
Di beberapa masjid di kota-kota besar, seringkali kita mendengar isi kutbah yang lebih mirip dengan isi demonstrasi. Jika saja tidak ada larangan dari Imam Malik, mungkin para Jamaah tersebut sudah berteriak-teriak karena tak tahan untuk segera beraksi.
Tentu fenomena kutbah 'sontoloyo' ini menjadi sinyal kemunduran toleransi dalam Islam. Padahal Nabi Muhammad diutus oleh Tuhan untuk memperbaiki tabiat - nafsu manusia. Para khalifah juga masih mengikuti jejak nabi untuk tidak saling menyalahkan meskipun wafatnya Rasulullah tidak diikuti oleh tuntunan dari Al Quran dan Al Hadits tentang sistem pergantian kepemimpinan.
Tradisi toleransi masih berlanjut hingga masa imamiyah meskipun sebelumnya sejarah Islam telah berdarah-darah pasca peperangan kelompok Ali vs. Muawiyah dan beberapa keturuan dari dinasti Abasiyah dan Ummayah.
Ada pelajaran penting yang bisa dipetik dari keempat imamiyah, Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali mengenai toleransi. Keempat imam tersebut secara tegas sangat menghargai perbedaan pendapat meskipun semua umat Islam sedunia tentu mengakui kepakaran dari keempat imam tersebut.
Ketika Khalifah Al Makmun ingin menjadikan Al Muwatha, kitab mahakarya dari Imam Malik, sebagai satu-satunya pegangan resmi pemerintah untuk menafsirkan Islam, Imam Malik justru menolak. Dia meminta kepada sang khalifah untuk membiarkan umat Islam memilih pendapat yang sesuai dengan mereka.
Imam Syafii yang sangat masyhur ketokohannya di bidang ilmu fiqih juga berpendapat 'oo Ibrahim, jangan ikuti semua ijtihadku karena kamu seharusnya punya pendapat sendiri tentang agama (Islam).
Pendapat yang menghargai toleransi juga bisa kita jumpai dari sang pendiri hukum Islam, Imam Hanafi. Meskipun dia tidak mempunyai karya fenomenal seperti Imam Malik dan Imam Syafii, namun kepakarannya dalam hukum Islam tak perlu diragukan. Salah satunya adalah mengenai penghormatan Imam Hanafi tentang perbedaan pendapat. Dia berpendapat 'sepanjang yang aku tahu ini (ijtihad) adalah usaha terbaik ku namun jika ada orang yang berpendapat lebih baik maka harus diperioritaskan.
Imam Hambali sebagai imam paling muda dari ketiga imam diatas juga berpendapat 'jangan ikuti aku, Maliki, Syafii, Hanafi atau yang lain tetapi ikutilah sumber yang mereka jadikan panutan yaitu Al Quran dan Al Hadits.
Lalu, jika saat ini tiba-tiba ada begitu banyak khatib dan penceramah yang menjelek-jelekan orang atau agama lain, maka seharusnya mereka hidup jauh sebelum keempat imamiyah tersebut ada atau bahkan terlahir sebelum Islam diperkenalkan oleh Rasulullah SAW. Wallahualam bissawab
London, 7 Jan 2014
Kelompok yang menentang fatwa tersebut utamanya mempertanyakan validitas fatwa tersebut dilihat dari jurisprudensi yang ada dalam Islam. Misalnya Imam Malik yang secara tegas menyatakan tidak diperbolehkannya jamaah Shalat Jumat berbicara diantara dua khutbah.
Bagi yang setuju dengan fatwa tersebut, mereka berpendapat bahwa memang tidak seharusnya ibadah shalat dijadikan ajang 'ngerumpi' karena bisa mempengaruhi kualitas ibadah tersebut. Seperi yang dikatakan oleh Mahbub Maafi Ramdlan dari Lembaga Bahtsul Masail NU bahwa interupsi boleh dilakukan asalkan didukung oleh pengetahuan yang benar untuk mendukung interupsinya tersebut.
Fatwa NU ini sebenarnya agak terlambat dalam merespon gejala radikalisme agama di Indonesia. Tak bisa dipungkiri bahwa sejak satu dekade terakhir paham radikal Islam dikembangkan melalui kutbah-kutbah Jumat dan pengajian. Padahal salah satu fungsi shalat Jumat adalah untuk merefleksikan aktifitas umat Islam dalam seminggu terakhir. Kutbah harus mampu memperbaiki kualitas hidup dan ibadah umat, bukan justru menjadi 'kompor' yang memantik kebencian dan kemarahan.
Di beberapa masjid di kota-kota besar, seringkali kita mendengar isi kutbah yang lebih mirip dengan isi demonstrasi. Jika saja tidak ada larangan dari Imam Malik, mungkin para Jamaah tersebut sudah berteriak-teriak karena tak tahan untuk segera beraksi.
Tentu fenomena kutbah 'sontoloyo' ini menjadi sinyal kemunduran toleransi dalam Islam. Padahal Nabi Muhammad diutus oleh Tuhan untuk memperbaiki tabiat - nafsu manusia. Para khalifah juga masih mengikuti jejak nabi untuk tidak saling menyalahkan meskipun wafatnya Rasulullah tidak diikuti oleh tuntunan dari Al Quran dan Al Hadits tentang sistem pergantian kepemimpinan.
Tradisi toleransi masih berlanjut hingga masa imamiyah meskipun sebelumnya sejarah Islam telah berdarah-darah pasca peperangan kelompok Ali vs. Muawiyah dan beberapa keturuan dari dinasti Abasiyah dan Ummayah.
Ada pelajaran penting yang bisa dipetik dari keempat imamiyah, Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali mengenai toleransi. Keempat imam tersebut secara tegas sangat menghargai perbedaan pendapat meskipun semua umat Islam sedunia tentu mengakui kepakaran dari keempat imam tersebut.
Ketika Khalifah Al Makmun ingin menjadikan Al Muwatha, kitab mahakarya dari Imam Malik, sebagai satu-satunya pegangan resmi pemerintah untuk menafsirkan Islam, Imam Malik justru menolak. Dia meminta kepada sang khalifah untuk membiarkan umat Islam memilih pendapat yang sesuai dengan mereka.
Imam Syafii yang sangat masyhur ketokohannya di bidang ilmu fiqih juga berpendapat 'oo Ibrahim, jangan ikuti semua ijtihadku karena kamu seharusnya punya pendapat sendiri tentang agama (Islam).
Pendapat yang menghargai toleransi juga bisa kita jumpai dari sang pendiri hukum Islam, Imam Hanafi. Meskipun dia tidak mempunyai karya fenomenal seperti Imam Malik dan Imam Syafii, namun kepakarannya dalam hukum Islam tak perlu diragukan. Salah satunya adalah mengenai penghormatan Imam Hanafi tentang perbedaan pendapat. Dia berpendapat 'sepanjang yang aku tahu ini (ijtihad) adalah usaha terbaik ku namun jika ada orang yang berpendapat lebih baik maka harus diperioritaskan.
Imam Hambali sebagai imam paling muda dari ketiga imam diatas juga berpendapat 'jangan ikuti aku, Maliki, Syafii, Hanafi atau yang lain tetapi ikutilah sumber yang mereka jadikan panutan yaitu Al Quran dan Al Hadits.
Lalu, jika saat ini tiba-tiba ada begitu banyak khatib dan penceramah yang menjelek-jelekan orang atau agama lain, maka seharusnya mereka hidup jauh sebelum keempat imamiyah tersebut ada atau bahkan terlahir sebelum Islam diperkenalkan oleh Rasulullah SAW. Wallahualam bissawab
London, 7 Jan 2014
Langganan:
Postingan (Atom)